Suara.com - Pesona batik tulis di wilayah Solo memang sempat moncer pada zaman dahulu. Kondisi ini lantas menghadirkan banyak perajin batik tulis. Terutama yang mempunyai keahlian untuk membatik secara manual.
Mengingat tidak sembarang orang bisa menjadi pembatik. Keahlian ini biasanya didapatkan secara turun temurun. Dari orang tua dan diturunkan kepada anak-anaknya.
Akan tetapi, kondisi tersebut langsung terguncang disaat hadirnya peralatan modern. Terutama alat printing yang bentuknya hampir sama dengan alat sablon.
Zaman kejayaan batik tulis pun mulai goyah. Dan perlahan, pesona dari batik tulis di Solo mulai redup, seiring dengan pesatnya perkembangan printing.
Bagi para pengusaha batik, printing bukanlah batik. Karena, proses pembuatannya tidak menggunakan lilin atau malam yang menjadi bahan utama untuk membatik.
Akan tetapi, masyarakat seolah tidak mau tahu masalah itu. Karena banyak yang beranggapan bahwa batik adalah motif yang ada pada sebuah kain. Tanpa peduli bahan apa yang digunakan untuk membuatnya.
Seorang pengusaha batik di Kampung Batik Laweyan, Solo, Alpha Febela Priyatmono menuturkan, gempuran printing membuat industri batik tulis di Laweyan hancur.
Banyak yang akhirnya gulung tikar karena tidak bisa bertahan. Mereka tidak bisa beradaptasi dengan masuknya printing.
"Dampak kehadiran printing itu sangat dasyat. Yang tidak bisa bertahan akhirnya tutup. Dan perlahan batik tulis terus menyusut," terangnya kepada Suara.com, Selasa (14/5/2019).
Baca Juga: Kembang Kempis Industri Batik Tulis di Solo (Bagian l)
Keterpurukan batik tulis semakin diperparah dengan sulitnya regenerasi para perajin batik. Bahkan sampai saat ini, perajin batik tulis rata-rata berusia di atas 45 tahun. Hanya ada beberapa saja yang masih berusia di bawah 40 tahun.
"Ya memang usianya sudah di atas 45 tahun. Kalau di tempat saya ada juga yang di atas 50 tahun," terangnya.
Selama ini, menurut Alpha, jarang yang mau meneruskan menjadi perajin batik. Para generasi muda memilih untuk mencari pekerjaan lain daripada menjadi pembatik. Kondisi inilah yang kemudian membuat kondisi batik tulis semakin tidak menentu.
"Regenerasi memang sulit, makanya kami berupaya untuk memberikan pemahaman kepada generasi penerus, terutama kepada para pelajar untuk mengenal batik, terutama batik tulis. Salah satunya dengan mengadakan kegiatan yang berkaitan dengan membatik," katanya.
Seperti bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk mengadakan kegiatan di kampung Batik Laweyan. Kemudian para siswa dikenalkan dengan batik tulis. Selain itu, ada juga pelatihan membuat batik dan kegiatan yang lainnya.
Alpha berharap, dengan upaya yang dilakukannya tersebut bisa sedikit membangkitkan gairah bagi para generasi muda untuk kembali mencintai batik.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
Harga Emas Hari Ini: UBS dan Galeri 24 Stabil Rp 2,4 Jutaan, Stok Antam Habis?
-
Warga Ujung Negeri Kini Hidup dalam Terang, Listrik PLN Bawa Harapan Baru
-
SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon
-
Perusahaan Rokok Sampoerna Beli Patriot Bond Rp 500 Miliar, Ini Tujuannya
-
Bahlil Ingin Belajar Produksi Bioenergi Karbon dari Brasil
-
Nasib Perobohan Tiang Monorel Masih Tunggu Perumusan Skema
-
Wacana Kebijakan Kemasan Rokok Polos Dinilai Bisa Ganggu Rantai Pasok IHT
-
Aset Dana Pensiun Indonesia Tertinggal Jauh dari Malaysia
-
Menkeu Purbaya dan Bos Pertamina Lakukan Pertemuan Tertutup: Mereka Semakin Semangat Bangun Kilang
-
Sedih, 80 Persen Lansia Gantungkan Hidup di Generasi Sandwich