Suara.com - PT Bank Tabungan Negara (BTN) Persero Tbk mendapat tambahan likuiditas yang bisa disalurkan menjadi kredit senilai Rp 1,5 triliun setelah Bank Indonesia (BI) melonggarkan rasio kewajiban penyimpanan dana terhadap Dana Pihak Ketiga atau Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 0,5 persen menjadi enam persen per 1 Juli 2019.
"Kebijakan penurunan GWM turun sangat membantu. Dana kami bisa bertambah Rp 1-1,5 triliun," ujar Direktur Utama BTN Maryono seperti dilansir Antara di Gedung DPR, Jakarta.
Bank Sentral mulai 1 Juli 2019 melonggarkan kebijakan moneter dengan memangkas rasio GWM rupiah hingga 50 basis poin (0,5 persen) untuk bank umum dan bank syariah.
Hal itu menjadi "kompensasi" setelah BI masih menahan suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate sebesar enam persen. Sebelumnya, BI juga menerapkan relaksasi dengan perhitungan rata-rata GWM (GWM Averaging) dalam setahun terakhir.
Maryono mengatakan penurunan GWM itu akan menambah kemampuan likuiditas bank. Secara industri, Bank Indonesia mengestimasi akan terdapat tambahan likuditas terhadap industri perbankan secara keseluruhan senilai Rp 25 triliun.
Namun, menurut Maryono, stimulus otoritas moneter akan lebih efektif jika Bank Indonesia (BI) juga sudah dapat menurunkan suku bunga acuannya pada periode Juli 2019 ini menjadi 5,75 persen dari enam persen.
Penurunan suku bunga acuan, kata Maryono, perlu dilakukan karena kondisi ekonomi domestik kian kondusif dan tekanan ekonomi global juga sudah mereda.
"Ya saya pikir kondisinya (ekonomi) sudah kondusif, kemudian situasi likuiditas membaik kalau itu bisa diturunkan lebih bagus," kata Maryono.
Jika BI menurunkan suku bunga acuan, kata Maryono, maka industri perbankan juga secara bertahap akan memangkas suku bunga simpanannya dan kemudian suku bunga kredit.
Baca Juga: BTN Akuisisi 30 Persen Saham Anak Usaha PNM Senilai Rp 114 Miliar
"Penurunan tetap bertahap, sesuai dengan BI biasanya penurunan sekitar 0,25 persen atau 25 basis poin," kata Maryono.
Berita Terkait
-
Data BI: Cadangan Devisa RI Hingga Akhir Juni 2019 Rp 1.745,5 Triliun
-
Jelang Akhir Pekan, Nilai Tukar Rupiah Masih Akan Menguat
-
Nilai Tukar Rupiah Berpotensi Menguat ke Level Rp 14.080 Per Dolar AS
-
Penguatan Nilai Tukar Rupiah Bakal Terhenti Imbas Memanasnya AS-Uni Eropa
-
BI Optimis Penyaluran Kredit Bisa Tumbuh Hingga 17 Persen Pada 2024
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Apa Itu Job Hugging? Jadi Tren Gen Z saat Tekanan Ekonomi, Termasuk Indonesia
-
Tutorial Tarik Tunai Seabank di Indomaret, Begini Caranya!
-
Aksi Keliru Bank Himbara Ini Disebut Picu Rupiah Semakin Loyo
-
Harga Emas Antam Hari Ini Melandai: Sinyal Beli atau Tahan Dulu?
-
Lowongan Kerja BNI Posisi Assistant Development Program: Syarat dan Ketentuan
-
RI Alami Krisis Sampah: TPA Penuh dan Jadi Sumber Polusi, Danantara Disebut-sebut
-
Rupiah Semakin Loyo di Jumat Pagi
-
Akankah Dolar AS Tembus Rp17.000?
-
Harga Emas Antam Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa, Tembus Rp2,175 Juta Per Gram
-
Pengembang YVE Habitat Soal Proyek Mandek: Kami Ingin Kualitas!