Suara.com - Pasca diguncang gempa bumi dan diterjang tsunami, petani di Kota Palu, Sulawesi Tengah hanya mampu memproduksi padi sebanyak 1.928 ton.
Perolehan tersebut turun drastis dibandingkan produksi padi di tahun sebelumnya.
"Petani hanya mampu memproduksi padi sebanyak 1.928 ton selama 2018, menurun drastis jika dibanding masa panen 2017. Pada 2017, produksi padi petani berada pada angka 3.002 ton," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian Kota Palu, Laila.
Dia menjelaskan, gempa dan likuifaksi di Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah berdampak pada penurunan produksi cukup signifikan yakni sebanyak 1.074 ton dari luas tanam 353 hektare dengan produktivitas 54,62 per hektare. Penurunan produksi ini sangat merugikan petani.
Pascagempa, menurut dia, petani di daerah itu belum sepenuhnya mengolah lahan mereka, karena sebagian masih merasa trauma.
Di Palu terdapat sejumlah wilayah sentra penghasil padi seperti Kecamatan Tawaeli, Palu Utara, Palu Timur, Palu Selatan, dan Kecamatan Tatanga.
Selain masih trauma, banyak lahan pertanian rusak parah termasuk irigasi. Di Kelurahan Petobo misalnya, sebagai sentra pertanian Kecamatan Palu Selatan terdapat 27,5 hektare areal persawahan produktif hilang akibat likuifaksi.
"Melihat kondisi lahan pertanian yang belum pulih, kami menyarankan kepada petani agar menanam tanaman yang tidak membutuhkan banyak air seperti cabai dan sayur-sayuran. Selain proses pertumbuhannya cepat, juga sebagai penopang perekonomian mereka," ujar Laila.
Selain padi, petani Palu saat ini mulai menanam jagung sebagai langkah alternatif, di mana lahan yang masih tersisa sudah dimanfaatkan untuk menanam komoditas tersebut.
Baca Juga: Kementan : Musim Kemarau, Peserta Asuransi Usaha Tani Padi Meningkat
Menurut data Dinas Pertanian setempat, tahun 2018 produksi jagung pada subsektor tanaman pangan di daerah itu sebanyak 3.300 ton, produksi tersebut menurun dibanding tahun sebelumnya akibat dampak bencana.
Luas tanam jagung justru meningkat seluas 815,6 hektare dibanding tahun sebelumnya yang hanya 704,4 hektare. Namun, produktivitas menurun hanya 46,75 per hektare padahal sebelumnya produksi jagung milik petani berada pada angka 49,92 per hektare.
"Selama 2017 produksi jagung di Palu sebanyak 4.121 ton, tetapi selama 2018 produksi hanya 3.300 ton. Terjadi penurunan sebanyak 821 ton," kata Laila.
Dia menambahkan, selain dampak gempa, merosotnya lahan pertanian produktif di Palu diakibatkan alih fungsi lahan untuk kepentingan pembangunan perumahan serta pengembangan kawasan perkotaan. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
-
OJK Awasi Ketat Pembayaran Pinjol Dana Syariah Indonesia yang Gagal Bayar
-
Jejak Emas Rakyat Aceh Bagi RI: Patungan Beli Pesawat, Penghasil Devisa & Lahirnya Garuda Indonesia
-
Pabrik Toba Pulp Lestari Tutup Operasional dan Reaksi Keras Luhut Binsar Pandjaitan
-
Kuota Pemasangan PLTS Atap 2026 Dibuka, Ini Ketentuan yang Harus Diketahui!
Terkini
-
Menaker Mau Tekan Kesenjangan Upah Lewat Rentang Alpha, Solusi atau Masalah Baru?
-
Pati Singkong Bisa Jadi Solusi Penumpukan Sampah di TPA
-
BRI Terus Salurkan Bantuan Bencana di Sumatra, Jangkau Lebih dari 70.000 Masyarakat Terdampak
-
Laporan CPI: Transisi Energi Berpotensi Tingkatkan Pendapatan Nelayan di Maluku
-
SPBU di Aceh Beroperasi Normal, BPH Migas: Tidak Ada Antrean BBM
-
Purbaya Gelar Sidang Debottlenecking Perdana Senin Depan, Selesaikan 4 Aduan Bisnis
-
Purbaya Prediksi Pertumbuhan Ekonomi RI: 5,2% di 2025, 5,4% pada 2026
-
Menaker Yassierli Klaim PP Pengupahan Baru Hasil Kompromi Terbaik: Belum Ada Penolakan Langsung
-
Purbaya Sentil Balik Bank Dunia soal Defisit APBN: Jangan Terlalu Percaya World Bank!
-
Bank Mandiri Dorong Akselerasi Inklusivitas, Perkuat Ekosistem Kerja dan Usaha Ramah Disabilitas