Suara.com - Musim kemarau merupakan momentum yang tepat untuk mengajak petani ikut program asuransi. Dengan asuransi, kerugian petani akibat gagal panen akan diganti rugi oleh asuransi, sehingga petani pun lepas dari kerugian total.
Kepala Subdirektorat Pemberdayaan Permodalan dan Asuransi Pertanian, Direktorat Pembiayaan, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan), Waluyo menyebutkan, di saat kemarau datang, kecenderungan petani mengasuransikan lahan sawahnya meningkat.
"Ada kenaikan, jika dibandingan saat iklim normal. Mungkin karena makin banyak yang menyadari manfaat asuransi pertanian," katanya, Jakarta, Rabu (24/7/2019).
Dia menyebutkan, sampai awal Juli 2019, jumlah lahan sawah yang sudah diasuransikan seluas 300.000 hektare dan terus meningkat hingga hari ini.
"Dalam dua bulan terakhir, minat petani ikut asuransi cukup tinggi. Terus ada peningkatan sampai hari ini," tegasnya.
Adapun dari jumlah lahan sawah yang ikut asuransi, Provinsi Jawa Timur paling luas, yaitu 151.000 hektare, kemudian Jawa Barat (59.000 hektare), Kalimantan Barat (29.000 hektare), Jawa Tengah (18.000 hektare), Sulawesi Tengah (14.000 hektare) dan provinsi lain di bawah 10.000 hektare.
Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Jabar, misalnya. Mereka mengajak para petani untuk ikut Asuransi Usaha Tanaman Pangan (AUTP) untuk mencegah kerugian lebih besar, ketika tanamannya terjadi gagal panen yang disebabkan berbagai masalah, seperti dilanda kekeringan akibat musim kemarau.
"Kami sudah mengarahkan petani untuk ikut asuransi tersebut, karena sangat membantu petani," kata Kepala Bidang Sumber Daya Pertanian pada Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Deni Herdiana.
Dia mengatakan, Dinas Pertanian Garut melibatkan pemerintah kecamatan dan pelaksana teknis di lapangan untuk menyampaikan kepada petani tentang manfaat asuransi tanaman pangan.
Baca Juga: Kementan: Petani yang Gagal Panen karena Kekeringan Bisa Ganti Rugi
Menurutnya, kondisi musim kemarau seringkali menyebabkan tanaman pangan, seperti padi dan jenis lainnya, yang gagal panen karena kekurangan air. Akibatnya, petani mengalami kerugian karena tidak menghasilkan keuntungan dari panen tanamannya.
"Musim kemarau berdampak kekeringan dan selalu mengalami kerugian. Ini momentum baik untuk mengajak petani ikut asuransi. Asuransi merupakan bagian dari solusi yang digulirkan pemerintah untuk mengatasi kerugian petani pada musim kering," katanya.
Dia mengungkapkan, sebagian besar petani di Kabupaten Garut belum ikut serta dalam program asuransi tersebut. Biaya iuran AUTP relatif murah, yang dibayar setiap panen.
Dia mengatakan, sampai sekarang baru 40 persen petani di Garut yang ikut program asuransi yang sudah dicanangkan pemerintah pusat ini. Sisanya? Dia mengaku masih terus disosialisasikan dan diupayakan agar ikut serta.
"Jika gagal panen, maka kerugian petani akan diganti 60 persen dan hal itu bisa meringankan beban petani," katanya.
Sementara itu, bencana kekeringan akibat musim kemarau sudah mulai melanda sebagian daerah lahan pertanian di wilayah Garut bagian selatan, seperti Kecamatan Bungbulang, Cikelet dan Pameungpeuk. Sedangkan daerah utara, yakni Leuwigoong, Cibatu, dan Cibiuk.
Berita Terkait
-
Kementan : Musim Kemarau, Peserta Asuransi Usaha Tani Padi Meningkat
-
Revolusi Industri 4.0, Kementan Tingkatkan Prasarana dan Sarana Pertanian
-
Kementan Konsolidasikan Hasil Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian
-
Tingkatkan Hasil Tani, Kementan Minta Kabupaten Landak Lakukan Pemetaan
-
Kementan Sarankan Petani Miliki Kartu Tani untuk Beli Pupuk Bersubsidi
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok