Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar peringkat Ease of Doing Business (EODB) Indonesia berada di posisi 40. Sebab, kekinian posisi EODB Indonesia masih berada di peringkat 73.
Ada masalah utama yang disoroti Jokowi dalam masalah tersebut, yakni prosedur dan waktu dalam memulai usaha di Indonesia. Dia mencontohkan, China yang tak terlalu ribet dengan urusan prosedur dan waktu.
Prosedur yang ruwet dan waktu yang panjang. Sebagai contoh, terkait waktu memulai usaha di Indonesia membutuhkan 11 prosedur di mana waktunya 13 hari kerja.
"Kalau kita bandingkan dengan Tiongkok prosedurnya hanya empat prosedur, waktunya hanya sembilan hari. Artinya, kita harus lebih baik dari mereka," kata Jokowi dalam Rapat Terbatas di Kantor Presiden, Rabu (12/2/2020).
Untuk itu, Jokowi meminta agar indeks kemudahan dalam berusaha tidak hanya ditujukan pada pelaku usaha menengah dan besar. Dia meminta agar pelaku usaha kecil juga diberi kemudahan.
"Tetapi tolong juga diutamakan usaha mikro usaha kecil agar fasilitas kemudahan berusaha ini diberikan kemudahan-kemudahan baik dalam penyederhanaan maupun mungkin tidak usaha izin tetapi hanya registrasi biasa," katanya.
Guna menggenjot peringkat EODB Indonesia, Jokowi meminta adanya perbaikan indikator yang saat ini masih berada di angka 100. Pasalnya, terdapat empat komponen yang tingkat angkanya semakin naik.
Empat komponen itu adalah Starting a Business yang berada di peringkat 140 dan Dealing with Construction Permit yang berada di peringkat 110. Selanjutnya, komponen Registering Property yang naik ke posisi 106 serta Trading Across Border yang stagnan di peringkat 116.
Baca Juga: Jokowi Targetkan Tingkat Kemudahan Berusaha di Indonesia di Posisi 40 Dunia
Tag
Berita Terkait
-
Digempur Produk Impor, Jokowi Minta Industri Baja Nasional Ditingkatkan
-
Benarkah Pemerintahan Jokowi Bantu Zulkifli Hasan Jadi Ketum PAN Lagi?
-
Jokowi Targetkan Tingkat Kemudahan Berusaha di Indonesia di Posisi 40 Dunia
-
Mahfud Soal Veronica Koman Kirim Dokumen ke Jokowi: Jika Ada, Sampah Saja
-
Jokowi: Virus Corona Tidak Masuk Indonesia
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bunga Acuan Sudah Turun 5 Kali, BI Minta Perbankan Cepat Turunkan Bunga
-
7 Ide Usaha Modal 1 Juta, Anti Gagal dan Auto Cuan
-
Cara Daftar WiFi Internet Rakyat, Surge Buka Akses Biaya Rp100 Ribu per Bulan
-
Operasikan 108 Kapal, PIS Angkut Energi 127,35 juta KL Sepanjang Tahun 2025
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Kilang Minyak Indonesia Tetap Relevan di Tengah Pergeseran ke EBT
-
Blockchain Dianggap Mampu Merevolusi Pengelolaan Data Nasional, Benarkah?
-
Dukung Kemajuan Industri Sawit, BRI Fasilitasi Sindikasi Pembiayaan Rp5,2 Triliun bagi PT SSMS
-
Perlukah BBM Bobibos Lakukan Pengujian Sebelum Dijual, Begini Kata Pakar
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi