Suara.com - Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan sejumlah stimulus insentif fiskal untuk sektor pariwisata salah satunya menganggarkan Rp 72 miliar untuk para influencer, pemberian insentif ini demi menggenjot sektor pariwisata tanah air yang sedang lesu akibat merebaknya virus corona.
Direktur Riset Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Piter Abdullah mengatakan, sejumlah insentif fiskal yang tengah dipersiapkan tersebut tak bakal ampuh.
"Pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan insentif fiskal. Saya setuju dengan insentif fiskal, tapi bentuknya kok lebih terfokus ke pariwisata ya?" tanya Piter saat dihubungi Suara.com, Jumat (28/2/2020).
Yang baik, lanjut Piter seharusnya pemerintah tidak hanya memberikan insentif fiskal bagi sektor pariwisata saja, tetapi juga kepada sektor yang lain. Apalagi kata dia saat ini daya beli masyarakat juga sedang turun.
"Saya kira pemerintah hendaknya tidak hanya fokus memberikan insentif kepada sektor pariwisata. Tetapi insentif secara umum yang diharapkan bisa membangkitkan permintaan domestik," saran Piter.
Sejumlah insentif ini, akan sia-sia saja, jika tidak dibarengi dengan sejumlah insentif yang lain. Apalagi kata dia masyarakat saat ini dihadapkan atas kebijakan yang justru makin menggerus daya beli, seperti halnya kenaikan tarif BPJS Kesehatan sebesar 100 persen hingga beberapa tarif terkait cukai.
"Pariwisata dikasih potongan, tapi disisi lain pemerintah menaikkan iuran BPJS Kesehatan, cukai rokok, cukai plastik bahkan ada rencana cukai kendaraan bermotor. Ada rencana meninjau subsidi gas dan listrik, semua kebijakan ini kan menggerus daya beli," pungkasnya.
Seperti diketahui, pemerintah berencana memberikan insentif fiskal bagi sektor pariwisata tanah air yang terkena dampak penyebaran virus corona.
Lantaran virus dengan nama resmi Covid-19 ini jumlah wisatawan mancanegara asal China yang datang ke Indonesia anjlok cukup dalam.
Baca Juga: Jokowi Guyur Rp 72 Miliar untuk Influencer, Pengamat: Pemborosan!
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan insentif tersebut bakal diberikan dalam bentuk diskon atau penurunan harga tiket pesawat terbang mulai dari 30 persen sampai 40 persen ke 10 destinasi wisata di tanah air.
"Diskon, diberikan kepada penerbangan supaya dia bisa mendiskon (tarif tiket). Ke 10 destinasi," kata Menhub Budi saat ditemui usai rapat koordinasi terkait dampak virus corona terhadap perekonomian nasional, di Kantor Kemenko Ekonomi, Jakarta, Senin (24/2/2020).
Tak hanya itu untuk memuluskan rencana pemberian diskon tarif pesawat ini, pemerintah juga akan memberikan insentif lainnya, seperti insentif harga avtur yang lebih murah hingga pengurangan biaya terkait penggunaan bandara yang dikelola Angkasa Pura 1 dan 2.
"Kalau insentif itu, pertama insentif dari pemerintah, ada insentif dari AP 1 dan AP 2, ada insentif dari avtur, ketiganya itu di bundling berapa diskon yang akan diberikan" kata Budi menjelaskan.
Budi bilang target pemberian diskon dengan melakukan formulasi diatas tersebut diharapkan dapat mencapai angka 30 sampai 40 persen.
"Targetnya 30 sampai 40 persen di 10 destinasi wisata," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen