Suara.com - Platinum jatuh hampir 27 persen ke level terendah sejak 2002, Senin (16/3/2020) sementara emas anjlok lebih dari 5 persen karena investor melepas logam mulia sebagai pertukaran untuk dana tunai setelah pemangkasan suku bunga darurat kedua The Fed gagal untuk meredakan ketakutan akan virus corona di seluruh pasar.
Palladium merosot 11 persen menjadi 1.609,45 dolar AS per ounce, setelah mencapai level terendah sejak akhir Agustus di posisi 1.481,53 dolar AS per ounce.
Perak menyusut 12,5 persen menjadi 12,84 dolar AS per ounce setelah menyentuh 11,76 dolar AS per ounce, level yang terakhir terlihat pada 2009.
Emas di pasar spot melemah 2,6 persen menjadi 1.490,01 dolar AS per ounce, sedangkan emas berjangka Amerika Serikat ditutup 2 persen lebih rendah menjadi 1.486,5 per dolar AS per ounce.
"Ini adalah liquidity selling yang berlanjut menjadi norma di sini," kata Ryan McKay, analis TD Securities seperti dikutip dari Reuters, Selasa (17/3/2020).
"Ini mirip dengan apa yang terjadi dalam krisis keuangan di mana emas sebenarnya diperdagangkan cukup rendah selama beberapa bulan bersama dengan ekuitas," tambahnya.
Emas juga menembus di bawah pergerakan rata-rata 200 hari (MA-200), yang dianggap sebagai tanda bearish.
"Ini adalah pencarian dana tunai yang terus berlanjut untuk likuiditas. Semuanya dijual, pelaku pasar menyerah dan meninggalkan pintu keluar," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.
Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika turun, pasar saham anjlok dan harga minyak jeblok.
Baca Juga: Harga Emas Dunia Melorot 4,5 Persen
"Selain itu kita memiliki komponen industri yang membebani beberapa komoditas logam seperti perak, platinum, dan palladium," kata McKay.
"Dalam lingkungan ini, pasar otomotif akan menjadi sangat lemah seperti yang kita lihat di China, dan permintaan industri jelas turun. Kita melihat lingkungan tipe resesi potensial," tambahnya.
Virus corona telah merenggut lebih dari 6.500 nyawa di seluruh dunia dan memicu kepanikan di seluruh pasar, mendorong bank sentral global untuk mendorong langkah-langkah dukungan guna meredam kejatuhan ekonomi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Profil 3 Pelatih yang Dirumorkan Disodorkan ke PSSI sebagai Pengganti Kluivert
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 5 Rekomendasi Mobil Sunroof Bekas 100 Jutaan, Elegan dan Paling Nyaman
- Warna Lipstik Apa yang Bagus untuk Usia 40-an? Ini 5 Rekomendasi Terbaik dan Elegan
- 5 Day Cream Mengandung Vitamin C agar Wajah Cerah Bebas Flek Hitam
Pilihan
-
5 HP Layar AMOLED Paling Murah, Selalu Terang di Bawah Terik Matahari mulai Rp1 Jutaan
-
Harga Emas Naik Setelah Berturut-turut Anjlok, Cek Detail Emas di Pegadaian Hari Ini
-
Cerita Danantara: Krakatau Steel Banyak Utang dan Tak Pernah Untung
-
Harga Emas Turun Empat Hari Beruntun! Galeri 24 dan UBS Hanya 2,3 Jutaan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
Terkini
-
Naik Tips, OCBC Nisp Catat Laba Rp3,82 Triliun
-
Tarif Listrik Non-Subsidi dan Bersubsidi Dipastikan Tak Naik Sepanjang November 2025
-
Dihadang Biaya Tinggi & Brand Global, Bisnis Waralaba Hadapi Tantangan
-
Indonesia Nego Habis-habisan dengan AS! Target Tarif 0 Persen untuk Sawit, Kakao, Hingga Karet
-
Fluktuasi Ekonomi! CBDK Revisi Target Pra-Penjualan 2025 Jadi Rp508 Miliar
-
Volume Transaksi BEI Melejit ke Rp31 Triliun! Investor Asing Net Buy Rp1,13 T di Penutup Pekan
-
Malaysia Incar Bisnis Franchise di Indonesia
-
PGN Dorong Pariwisata Borobudur, Integrasikan CNG dan Panel Surya di Desa Wisata
-
OJK dan BI Makin Kompak Perkuat Keuangan Digital
-
Cimb Niaga Catat Laba Rp 6,7 Triliun, Perusahaan Bakal Hati-hati Kelola Aset