Suara.com - Salah satu perusahaan rintisan (startup) yang bergerak di bisnis penjualan sayuran via daring, Sayuranch mengaku mengalami peningkatan omzet sekitar 30-35 persen selama penerapan bekerja dari rumah (work from home/WFH).
"Jumlah pesanan meningkat saat WFH, sekitar 30-35 persen dibandingkan sebelum WFH. Peningkatan berasal dari pelanggan tetap Sayuranch, mereka stok banyak sayuran untuk WFH," ujar Operational Manager Sayuranch Lucy ditulis Sabtu (11/4/2020).
Ia menyebutkan, sayuran hasil penanaman hidroponik mengalami permintaan yang cukup tinggi. Pasalnya, sayuran hidroponik seperti seledri batang, pakchoy, kailan, dan kale dinilai konsumen lebih bersih.
Ia mengatakan persediaan produk sayuran hingga saat ini relatif masih cukup. Pihaknya selalu mendapatkan pasokan setiap minggunya dari sejumlah mitra petani.
"Sejauh ini stok masih cukup. Namun sampai berapa lamanya, kami memang bergantung kepada mitra petani kami yang tersebar di daerah-daerah," katanya.
Terkait harga, Lucy mengaku, produk yang dijual sedikit lebih mahal dibandingkan pasar tradisional. Namun, ia menjamin kesegaran dan daya simpan sayuran yang lebih baik.
"Produk yang kami jual adalah produk hidroponik dan masih fresh yang panen setiap hari. Walaupun lebih mahal, dapat dijamin kesegarannya. Untuk daya simpan juga lebih lama, satu minggu sayur masih segar. karena kami menerapkan standar kepada semua mitra kami untuk tidak melepas media tanam hidroponik tersebut (rockwool)," paparnya.
Lucy mengatakan salah satu tantangan menjual sayur hidroponik yakni sulitnya memberikan edukasi ke konsumen bahwa sayuran hidroponik itu lebih segar, dapat bertahan lebih lama, dan aman untuk dikonsumsi.
Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga harus memastikan sayur yang dikirim dari mitra petani tetap segar.
Baca Juga: Sudah Telanjur Disewa, Wanita Ini WFH Setiap Hari Pakai Gaun Mewah
"Kendala biasanya terjadi hanya saat pengiriman dari mitra petani ke pelanggan," katanya.
Secara terpisah, peneliti lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengatakan perusahaan-perusahaan startup penjual sayur daring diharapkan juga menyerap bahan baku dari pasar tradisional agar keberadaannya tetap eksis.
"Bisa ambil barang dari pasar tradisional, jadi enggak mati mereka, tidak hanya dari petani," ucapnya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Vivo Akui Stok Sudah Habis, Tapi BBM Pertamina Punya Kandungan yang Tak Bisa Diterima
-
BRI Buka Akses Global untuk UMKM di Halal Indo 2025
-
Purbaya Mau Temui CEO Danantara usai 'Semprot' Pertamina Malas Bangun Kilang Minyak
-
Pemerintah Tambah Stimulus Ekonomi Kuartal IV 2025, Sasar 30 juta Keluarga Penerima Manfaat
-
Purbaya Ngotot Sidak Acak Rokok Ilegal di Jalur Hijau: Kalau Ketahuan, Awas!
-
Program Magang Nasional Dibuka 15 Oktober, Pemerintah Jamin Gaji UMP
-
Bos Danantara Akui Patriot Bond Terserap Habis, Dibeli Para Taipan?
-
Dari Meja Makan ke Aksi Nyata: Wujudkan Indonesia Bebas Boros Pangan
-
Pemerintah Andalkan Dialog Rumuskan Kebijakan Ekonomi Kerakyatan
-
VIVO dan BP-AKR Batalkan Pembelian BBM dari Pertamina, Kandungan Etanol Jadi Biang Kerok