Suara.com - Kementerian BUMN mendukung PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai induk Holding BUMN pupuk untuk menjaga ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani menjelang musim tanam kedua pada Mei-Juni 2020.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan, bahwa pihaknya meminta agar kegiatan produksi dan distribusi pupuk yang dilaksanakan Pupuk Indonesia bersama anak perusahaannya tetap berjalan lancar demi menjaga ketahanan pangan Indonesia di tengah pandemi COVID-19.
"Yang harus dijaga adalah Pupuk Indonesia dan semua anak usahanya untuk menjamin ketersediaan pupuk, sehingga dengan ketersediaan pupuk tersebut membuat petani tetap bisa bercocok tanam," kata Arya ditulis Kamis (7/5/2020).
Arya menilai penting untuk BUMN menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi agar petani tetap produktif menghasilkan pangan yang bisa dinikmati masyarakat luas pada akhirnya.
Kelancaran distribusi dan ketersediaan pupuk bersubsidi, menurut Arya, berperan dalam mewujudkan ketahanan pangan pada masa pandemi.
"Kelancaran produksi dan distribusi pupuk bisa membuat ketahanan pangan di tengah pandemi terbantu. Makanya, kita tetap dorong Pupuk Indonesia agar tetap bisa berproduksi dan mendistribusikan pupuk ke petani dengan baik," kata Arya.
Senada dengan itu, Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Aas Asikin Idat menyebutkan stok pupuk bersubsidi yang disiapkan hingga Lini IV atau di level kios sebesar 1,27 juta ton.
Berdasarkan stok pupuk bersubsidi Nasional per 4 Mei 2020, stok yang tersedia dari Lini II sampai Lini IV, yakni untuk pupuk urea sebanyak 719.532 ton; NPK sebanyak 273.550; SP-36 sebanyak 93.711 ton; ZA sebanyak 132.264 ton; dan Organik 51.179 ton.
Ketersediaan stok tersebut lebih dari cukup jika dibandingkan dengan stok minimum yang harus disiapkan yakni sebesar 285.096 ton atau cukup untuk kebutuhan dua minggu.
Baca Juga: Tersiksa Asma Kambuh, Petani Gorok Leher Sendiri
Ada pun sepanjang kuartal I-2020, PT Pupuk Indonesia (Persero) mencatatkan volume produksi sebesar 3.104.341 ton sampai akhir Maret 2020, atau meningkat 14,15 persen dibanding periode tahun lalu sebesar 2.664.924 ton.
"Kinerja produksi kami selalu menunjukkan pertumbuhan di setiap tahunnya, terutama sejak berbagai upaya transformasi yang dicanangkan sejak 2017," kata Aas. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis
-
Fakta-fakta RPP Demutualisasi BEI yang Disiapkan Kemenkeu
-
Rincian Pajak UMKM dan Penghapusan Batas Waktu Tarif 0,5 Persen
-
Tips Efisiensi Bisnis dengan Switchgear Digital, Tekan OPEX Hingga 30 Persen
-
Indef: Pedagang Thrifting Informal, Lebih Bahaya Kalau Industri Tekstil yang Formal Hancur
-
Permata Bank Targetkan Raup Rp 100 Miliar dari GJAW 2025
-
Bolehkah JHT diklaim Segera Setelah Resign? Di Atas 15 Juta, Ada Aturan Khusus
-
Kereta Gantung Rinjani: Proyek 'Rp6,7 Triliun', Investor China Ternyata Tidak Terdaftar
-
Impor Teksil Ilegal Lebih Berbahaya dari Thrifting
-
Kilang Balikpapan Diresmikan 17 Desember, Bahlil Janji Swasembada Energi di 2026