Suara.com - Menteri BUMN Erick Thohir ikut bersuara terkait kerugian PT Pertamina (Persero) pada Semester I 2020 ini. Menurutnya, kerugian yang dialami Pertamina masih rendah dibandingkan perusahaan minyak lainnya seperti Exxon dan Eni yang kerugiannya lebih besar.
Untuk diketahui, pada semester I Pertamina menelan pil pahit dengan merugi Rp 11,13 triliun.
"Pertamina ruginya keliatan jika dibandingkan Exxon Eni, jauh kita. Perusahaan-perusahaan lain jauh lebih rugi," ujar Erick seusai rapat kerja di Komisi VI DPR yang ditulis, Jumat (28/8/2020).
Erick menuturkan, kerugian yang dialami Pertamina disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya, karena fluktuasi kurs rupiah, sehingga ada selisih kurs yang membuat biaya operasional membengkak.
"Kedua, waktu itu Pertamina beli minyak yang sebelumnya. Berarti 3 bulan kemudian dijual dengan harga subsidi ini langsung kena. Penurunan daya beli kan terjadi," ucap dia.
Namun demikian, Mantan Bos Klub Inter Milan ini melihat, jajaran direksi dan komisaris langsung melakukan inisiatif untuk menangangi kerugian. Sehingga ia berharap kinerja Pertamina bisa membaik pada akhir tahun ini.
"Kita tunggu aja. Jadi tolong bandingkan dengan perusahaan lain yang kebetulan juga (rugi)," kata dia.
Sebelumnya, VP Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman menjelaskan sepanjang semester 1 2020 Pertamina menghadapi triple shock yakni penurunan harga minyak mentah dunia, penurunan konsumsi BBM di dalam negeri serta pergerakan nilai tukar dolar AS yang berdampak pada rupiah sehingga terjadi selisih kurs yang cukup signifikan.
"Pandemi Covid 19, dampaknya sangat signifikan bagi Pertamina. Dengan penurunan demand, depresiasi rupiah, dan juga crude price yang berfluktuasi yang sangat tajam membuat kinerja keuangan kita sangat terdampak," ujar Fajriyah.
Baca Juga: Pertamina Rugi, DPR Pertanyakan Peran Komisaris Utama
Menurut Fajriyah, penurunan permintaan itu terlihat pada konsumsi BBM secara nasional yang sampai Juni 2020 hanya sekitar 117 ribu kilo liter (KL) per hari atau turun 13 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yang tercatat 135 ribu KL per hari.
Bahkan pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota besar terjadi penurunan permintaan mencapai 50 persen - 60 persen.
"Namun, Pertamina optimis sampai akhir tahun akan ada pergerakan positif sehingga diproyeksikan laba juga akan positif, mengingat perlahan harga minyak dunia sudah mulai naik dan juga konsumsi BBM baik industri maupun retail juga semakin meningkat," jelas Fajriyah.
Berita Terkait
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Mengapa Milenial Lebih Suka Rumah Industrial Minimalis daripada Rumah Mewah?
-
Terpopuler Bisnis: Gebrakan Menkeu Bikin Bank Himbara Jadi Idola, Harga Saham Meroket!
-
Harga Emas Antam dan Galeri 24 di Pegadaian Hari Ini Naik!
-
Pembangunan Akses Tol Bitung oleh Paramount Land Capai 80 Persen
-
PNM Bersama Holding Ultra Mikro Wujudkan Akses Keuangan Merata
-
Leony, Warisan Bisa Dikecualikan dari Pajak Penghasilan Tapi BPHTB Mengintai
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
-
Cadangan Migas Baru Ditemukan di Muara Enim
-
Bandara Supadio Mulai Layani Penerbangan Internasional
-
Kemendag Ultimatum Gold's Gym, Harus Ganti Rugi Anggota Usai Penutupan Gerai Mendadak