"Artinya, mereka dapat mengontrol beberapa varietas untuk dikomersialkan dan bisa mendapatkan laba atas investasi yang mereka buat - karena butuh waktu hingga 10 atau 15 tahun untuk mengembangkan varietas baru," kata Peter Button, Wakil Sekretaris Jenderal UPOV.
Untuk memenuhi kriteria UPOV, benih komersial harus berbeda secara genetik, harus seragam, dan stabil.
Kebanyakan benih biasa tidak masuk dalam kategori ini. Selain Perlindungan Varietas Tanaman, undang-undang pemasaran benih di banyak negara melarang penjualan benih yang belum disertifikasi.
Satu-satunya pilihan legal adalah dengan membeli benih dari perusahaan agribisnis, yang artinya semakin banyak sumber makanan dunia bergantung pada keragaman genetik yang terbatas dan sedikit.
‘Pertanian neokolonial’
Tidak ada kewajiban secara hukum untuk bergabung dengan UPOV. Namun, negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Swiss, Jepang, serta negara-negara anggota Uni Eropa, termasuk di antara negara-negara yang menggunakan perjanjian perdagangan bilateral dan regional untuk menekan negara-negara di Dunia Selatan, seperti Zimbabwe dan India, untuk bergabung.
Sejumlah kritikus menyoroti pemberlakuan aturan seragam pada skala global.
"Kami melihat ini sebagai neokolonialisme yang menghancurkan mata pencaharian dan lingkungan kami," kata Mariam Mayet, Direktur Pusat Keanekaragaman Hayati Afrika di Afrika Selatan.
"Biarkan orang-orang menafkahi diri mereka sendiri"
Baca Juga: Tetra Pak Index 2020 Ungkap Dilema Keamanan Pangan Akibat Pandemi
Mayet menyerukan pengecualian terhadap undang-undang benih untuk memungkinkan otonomi petani melestarikan pertanian pribumi yang merupakan "landasan untuk memastikan integritas ekologi, keberlanjutan alam, keanekaragaman hayati, lanskap, dan ekosistem."
Di seluruh dunia, gerakan kedaulatan pangan seperti La Via Campesina transnasional, Aliansi Pertanian Berkelanjutan dan Holistik di India, Jaringan Dunia Ketiga di Asia Tenggara, dan Let's Liberate Diversity! di Eropa, mengadvokasi jaringan benih yang memungkinkan petani dan komunitas melewati perusahaan agribisnis raksasa dan mengelola benih dengan cara mereka sendiri.
Seperti yang dilakukan oleh sosiolog pedesaan Jack Kloppenburg selama enam tahun terakhir, yang telah mengemas benih dan mengirimkannya ke petani melalui Open Source Seed Initiative (OSSI).
Setiap paket benih OSSI memuat pernyataan yang berbunyi: "Dengan membuka paket ini, Anda berjanji bahwa Anda tidak akan membatasi penggunaan benih ini dan turunannya oleh orang lain dengan paten, lisensi, atau cara lain apa pun.
Anda berjanji bahwa jika Anda mentransfer benih atau turunannya, Anda akan mengakui sumber benih ini."
Kloppenburg mengakui bahwa model OSSI tidak sempurna, lantaran benih yang disebarkan tidak dilindungi hukum, mereka rentan terhadap perampasan oleh kepentingan komersial.
Tag
Berita Terkait
-
Geger Udang Cikande Terpapar Radioaktif, Waka MPR Eddy Soeparno: Ini Bukan Hal Ringan!
-
Korban Keracunan MBG Tembus 5.000, DPR Bongkar Dugaan Kelalaian Dapur: Sejak Awal Sudah Disampaikan
-
Marak Kasus Anak Keracunan MBG, Kepala BPOM Buka Suara: Ini Pembelajaran Bagi Kita
-
Jelang Ramadan, Komisi IX Ingatkan Pentingnya Keamanan Pangan
-
Rahasia Dapur Sehat: 5 Kunci Emas Keamanan Pangan Keluarga
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
-
Cuma Satu Pemain di Skuad Timnas Indonesia Sekarang yang Pernah Bobol Gawang Irak
Terkini
-
11 Gebrakan Menkeu Purbaya, Terbaru Ogah Bayar Utang Whoosh Pakai APBN
-
Menkeu Purbaya Tunggu Pimpinan BTN Menghadap, Penyaluran Dana Paling Minim di Antara Bank Himbara
-
Indonesia-Singapura Godok Task Force untuk Realisasikan Ekspor Listrik dan CCS
-
Kebijakan Hapus Utang UMKM di Bank Himbara Perlu Diperpanjang
-
Senda Gurau Bahlil Singgung Selalu Viral di Media Sosial
-
Siapa yang Berhak Menerima Subsidi Tepat LPG? Ini Aturan Jual-Beli Gas Melon
-
Kejar Amerika soal Listrik Panas Bumi, Bahlil Targetkan 500 MW Terpasang di 2027
-
Airlangga Dorong Semua Orang Punya Rekening Bank, Biar Dapat Bansos
-
Bahlil Akui Bahas Tambang dengan Muhammadiyah: Sedikit Saja
-
Kinerja Kementan Bikin Publik Optimis Pangan Nasional Aman, Swasembada di Depan Mata