Suara.com - BPJS Kesehatan terus berupaya dalam meningkatkan pemahaman peserta JKN - KIS terhadap hak dan kewajiban, serta edukasi tentang pentingnya mengelola perilaku hidup sehat melalui kegiatan Pengelolaan Harapan Peserta (PHP) Berbasis Komunitas bersama Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) dan Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemia Indonesia (POPTI). Kegiatan sosialisasi tersebut juga dihadiri oleh praktisi kesehatan dan Brand Ambassador BPJS Kesehatan, Ade Rai.
“Selama lebih dari 7 tahun penyelenggaraannya sejak 1 Januari 2014, Program JKN-KIS telah berkembang menjadi program besar dengan jumlah kepesertaan saat ini lebih dari 222 juta penduduk. Kami terus berupaya agar kemudahan, kecepatan, dan kepastian akses layanan baik administrasi di kantor cabang maupun di fasilitas kesehatan dirasakan menyeluruh dan merata, termasuk bagi para penyintas talasemia,” kata Direktur Perluasan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan, David Bangun, lewat daring, Jakarta, Rabu (7/4/2021).
David juga menjelaskan, relasi yang telah dirintis saat ini antara BPJS Kesehatan dengan YTI dan POPTI dapat menjadi moral support groups bagi sesama, serta meningkatkan pemahaman peserta tentang hak, kewajiban, dan prosedur pelayanan dalam penyelenggaraan program JKN - KIS. Menurutnya, salah satu faktor penunjang kepuasan peserta adalah terpenuhinya informasi secara akurat dan terbarukan.
“Kegiatan Pengelolaan Harapan Peserta Berbasis Komunitas ini diharapkan dapat melihat kondisi dan fakta di lapangan, sekaligus menggali permasalahan yang terjadi dan menghasilkan solusi demi perbaikan layanan. BPJS Kesehatan telah menghadirkan berbagai inovasi di era digital ini, agar dapat dimanfaatkan secara optimal demi pelayanan yang berkualitas, termasuk bagi pasien talasemia,” ujar David.
Di samping itu, Deputi Direksi Wilayah Jawa Barat, Fachrurrazi mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi ini berlangsung serentak di seluruh Jabar dan diikuti oleh seluruh kantor cabang dengan total peserta sebanyak 220 orang melalui daring. Sebagaimana data BPJS Kesehatan, Jabar termasuk salah satu provinsi dengan penderita talasemia terbanyak.
“Pada tahun 2019, jumlah penderita talasemia di Jawa Barat sebanyak 1.115 orang. Selain itu pada tahun 2020, terdapat 63.813 kasus talasemia yang ditangani oleh BPJS Kesehatan, khususnya di wilayah Jawa Barat. Hal ini tentu menjadi motivasi bagi kami untuk terus berupaya membangun pemahaman yang seragam dalam peningkatan mutu layanan kesehatan, khususnya bagi pasien talasemia di fasilitas kesehatan. Dengan begitu, pasien mendapatkan pelayanan yang paripurna dan sebaik-baiknya oleh fasilitas dengan rasa nyaman,” ungkap Fachrurrazi.
Pada kesempatan yang sama, salah satu praktisi bidang kesehatan, Lelani Reniarti Marsaman, yang juga sebagai Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Hematologi-Onkologi Anak mengatakan, sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin sebagai upaya pencegahan melalui edukasi, skrining, konseling, bahkan diagnosis prenatal.
“Program pencegahan harus dilakukan untuk mengurangi jumlah pasien talasemia mayor. Dari sisi pembiayaan, pencegahan membutuhkan lebih sedikit biaya daripada terapi. Edukasi tentang talasemia melalui kampanye yang agresif tentunya dapat meningkatkan kepedulian masyarakat dan para profesional kesehatan. Sedangkan konseling genetik dapat dilakukan pada pasangan pranikah yang berpotensi tinggi dan pasangan yang sudah memiliki anak talasemia, agar paham tentang masalah genetik dalam keluarganya. Pogram pencegahan ini tentunya sangat membutuhkan komitmen pemerintah,” paparnya.
Baca Juga: Dirut BPJS Kesehatan Minta RS Tak Membedakan Peserta JKN-KIS
Berita Terkait
-
Innovation Box, Corporate University BPJS Kesehatan Cetak Pemimpin Inovatif
-
Cegah Potensi Fraud dalam Klaim Covid-19, Ini Upaya BPJS Kesehatan
-
Optimalisasi Program JKN-KIS, Dirut BPJS Kesehatan Minta RS Lakukan Ini
-
Dirut BPJS Kesehatan Minta RS Tak Membedakan Peserta JKN-KIS
-
Dirut BPJS Kesehatan Didapuk Jadi Ketua Komisi Kesehatan ISSA
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak