Suara.com - Harga minyak jatuh karena lonjakan stok minyak mentah Amerika dan kekhawatiran meningkatnya kasus Covid-19 di India akan menurunkan permintaan bahan bakar di importir terbesar ketiga dunia itu.
Mengutip CNBC, Kamis (22/4/2021) harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) patokan Amerika, ditutup merosot 1,32 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi 61,35 dolar AS per barel. WTI anjlok serendahnya 60,87 dolar AS per barel pada sesi itu.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent yang diperdagangkan di London, patokan global, melorot 1,25 dolar AS atau 1,9 persen menjadi 65,32 dolar AS per barel. Brent turun ke posisi serendahnya 64,96 dolar AS per barel di awal sesi.
India--pengguna minyak terbesar ketiga di dunia--Rabu, melaporkan rekor peningkatan lain dalam jumlah kematian harian akibat Covid-19.
Stok minyak mentah Amerika secara tak terduga meningkat pekan lalu, tutur Badan Informasi Energi, Rabu, mengonfirmasi data American Petroleum Institute sehari sebelumnya.
Persediaan minyak mentah naik 594.000 barel dalam sepekan hingga 16 April menjadi 493 juta barel, dibandingkan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penurunan 3 juta barel.
Namun, stok Pantai Timur Amerika jatuh ke rekor terendah di 7,9 juta barel.
Meningkatkan kemungkinan pasokan minyak lebih lanjut, Iran dan kekuatan dunia membuat kemajuan dalam perundingan untuk menyelamatkan perjanjian nuklir 2015, yang, jika berhasil, dapat melihat sanksi dicabut dan lebih banyak minyak Iran kembali ke pasar.
Organisasi Negara Eksportir Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, akan menggelar pertemuan teknikal minggu depan di mana perubahan besar pada kebijakan sepertinya tidak mungkin terjadi, kata Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, dan sumber OPEC Plus.
Baca Juga: Virus Corona Menggila di India, Harga Minyak Terdampak Turun
Novak mengatakan kelompok itu akan mengkonfirmasi atau mengubah rencana produksi menyusul keputusannya untuk mengurangi pembatasan output.
Di Libya, sementara itu, National Oil Corp (NOC) mengumumkan kondisi force majeur atas ekspor dari pelabuhan Hariga dan mengatakan pihaknya dapat memperpanjang langkah itu ke fasilitas lain karena perselisihan anggaran dengan bank sentral negara tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Bunga Acuan Sudah Turun 5 Kali, BI Minta Perbankan Cepat Turunkan Bunga
-
7 Ide Usaha Modal 1 Juta, Anti Gagal dan Auto Cuan
-
Cara Daftar WiFi Internet Rakyat, Surge Buka Akses Biaya Rp100 Ribu per Bulan
-
Operasikan 108 Kapal, PIS Angkut Energi 127,35 juta KL Sepanjang Tahun 2025
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Kilang Minyak Indonesia Tetap Relevan di Tengah Pergeseran ke EBT
-
Blockchain Dianggap Mampu Merevolusi Pengelolaan Data Nasional, Benarkah?
-
Dukung Kemajuan Industri Sawit, BRI Fasilitasi Sindikasi Pembiayaan Rp5,2 Triliun bagi PT SSMS
-
Perlukah BBM Bobibos Lakukan Pengujian Sebelum Dijual, Begini Kata Pakar
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi