Suara.com - Produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, seharusnya dapat dimaksimalkan untuk menurunkan angka perokok secara global, terutama di negara-negara berpendapatan menengah ke bawah.
Dengan berkurangnya angka perokok, maka turut berkontribusi dalam menekan penyakit yang diakibatkan oleh konsumsi rokok.
Hal tersebut disampaikan dalam diskusi yang diadakan oleh Global State of Tobacco Harm Reduction (GSTHR) secara daring. Diskusi yang membahas tentang laporan “Tobacco Harm Reduction: A Burning Issue for Asia” yang baru diluncurkan itu dihadiri sejumlah akademisi dan asosiasi konsumen produk tembakau alternatif. Laporan ini merupakan kelanjutan dari “GSTHR 2020: Burning Issues.”
Harry Shapiro, penyusun laporan “Tobacco Harm Reduction: A Burning Issue for Asia”, menjelaskan angka perokok global telah mencapai 1,1 miliar sejak tahun 2000 lalu. Sebesar 80% perokok dunia tinggal di negara-negara menengah ke bawah.
Angka perokok di negara-negara tersebut diproyeksikan akan bertambah seiring meningkatnya populasi. Dengan terus meningkatnya angka perokok, sekitar satu miliar orang diprediksi akan meninggal karena penyakit terkait merokok pada tahun 2100 mendatang.
“Saya pikir cukup adil untuk mengatakan bahwa kawasan Asia-Pasifik benar-benar merupakan pusat dari krisis merokok karena angka-angka itu berbicara sendiri. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mulai mempertimbangkan gagasan pengurangan bahaya tembakau,” kata Harry dalam diskusi tersebut ditulis Rabu (28/4/2021).
Oleh karena itu, Harry menyarankan pemerintah dari negara-negara Asia Pasifik, termasuk yang berpendapatan menengah ke bawah, untuk mendukung produk tembakau alternatif.
“Ada peluang bagi kawasan ini untuk membuat suatu terobosan, apalagi mengingat Tiongkok menyediakan sebagian besar e-liquid dan perangkat vaping-nya kepada seluruh dunia. Tetapi, seperti yang ditunjukkan di dalam laporan, ada banyak hambatan yang harus diatasi dalam proses itu,” ujarnya.
Senada dengan Harry, Nancy Loucas, koordinator dari Coalition of Asia Pacific Tobacco Harm Reduction Advocates (CAPHRA), mengatakan negara-negara lainnya bisa mengikut jejak Korea Selatan dan Jepang yang telah berhasil menurunkan prevalensi merokok melalui pemanfaatan produk tembakau alternatif.
Baca Juga: Peneliti: Produk Tembakau Alternatif Tidak Menghasilkan TAR
“Kita bisa mengambil pelajaran dari negara-negara yang telah sukses dalam penerapan pengurangan bahaya tembakau, dan menerapkannya untuk negara-negara di kawasan ini,” tegasnya.
Agar efektif dalam menurunkan angka perokok, Direktur International Network of Nicotine Consumer Organizations (INNCO) Samrat Chowdhery, menambahkan perokok dewasa harus mendapatkan kemudahan dalam mengakses dan menggunakan produk tembakau alternatif, serta harganya harus terjangkau.
Sebagai contoh, harga terjangkau tersebut sangat penting bagi India, mengingat mayoritas perokok di negara tersebut termasuk golongan berpendapatan kecil.
Menurut Samrat, contoh nyata di beberapa negara menunjukkan bahwa produk tembakau alternatif layak menjadi solusi tambahan dalam mengurangi prevalensi merokok.
Beragam kajian ilmiah internasional telah membuktikan bahwa produk-produk tersebut memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih rendah daripada rokok.
“Produk ini secara signifikan mengurangi risiko hingga 95%. Lalu, ada kemudahan dalam menggunakannya sehingga ini adalah solusi yang siap pakai,” tutupnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Guru Besar UGM Prof Nindyo Pramono: Kerugian BUMN Bukan Korupsi, Asal Penuhi Prinsip Ini
-
Pengusaha Logistik Catat Pengiriman Barang Besar Tumbuh Double Digit
-
Suara.com Gandeng Bank Jago, Ajak Guru Cerdas Kelola Finansial dan Antisipasi Hoaks di Era Digital
-
Siapa Pemilik Indonesia Investment Authority? Luhut Usul Dana Rp50 Triliun untuk INA
-
Ripple Labs Siapkan Dana Rp 16 Triliun untuk Borong XRP
-
OJK Catat Nilai Kerugian dari Scam Capai Rp 7 Triliun
-
Biodata dan Karier Thomas Sugiarto Oentoro, Resmi Jabat Wakil Direktur Garuda Indonesia
-
Menkeu Purbaya Beri Diskon PPN 6 Persen untuk Tiket Pesawat Domestik Kelas Ekonomi
-
Mampukah Stimulus BLT Gairahkan Ekonomi Akhir Tahun?
-
Ada BLT Rp300 Ribu Cair Bulan Ini, Siapa Saja yang Berhak Menerimanya?