Suara.com - Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (KPDPI) Dr. Agus Dwi Susanto mengingatkan bahwa faktor lingkungan dan pola kerja memiliki porsi yang cukup besar terhadap kesehatan dan fungsi dari paru maupun penyakit lain yang berhubungan dengan saluran pernapasan manusia.
Oleh karena itu penting bagi masyarakat untuk selalu mewaspadai dan melindungi diri.
“Kita menghindari daerah-daerah yang berpolusi dalam beraktivitas di luar rumah, selalu memantau kondisi polutan di udara, kemudian kita mengurangi aktivitas di luar ruangan pada saat polutan sedang tinggi, menggunakan alat pelindung diri kalau kita beraktivitas di luar rumah termasuk menggunakan masker,” ujar Dr. Agus ditulis Senin (24/5/2021).
Hal tersebut terjadi lantaran komponen dari polusi udara baik komponen gas maupun komponen partikel sebagian besar berdampak pada iritatif karena itu akan timbul keluhan-keluhan dalam jangka pendek.
"Keluhan tersebut berupa iritasi, seperti misalnya kulit muka menjadi merah, hidung sering bersin-bersin, tenggorokan gatal, batuk-batuk karena adanya iritasi dari polusi termasuk saluran bawah akan timbul peradangan akut yang berpotensi menimbulkan keluhan dalam jangka pendek," paparnya.
Gejala tersebut menurutnya merupakan dampak jangka pendek yang disebabkan oleh paparan polusi udara terhadap tubuh manusia. Dr. Agus melihat bahwa terdapat dampak jangka panjang dari polusi udara tersebut.
“Bagi orang yang memiliki asma akan membuat penyakitnya menjadi sering kambuh, sedangkan orang yang belum terkena (asma) jika terus menerus terkena polusi udara maka dalam beberapa bulan atau tahun terus berada di lingkungan berpolusi maka akan membuat penurunan fungsi paru lebih cepat dan berimplikasi menyebabkan asma,” jelasnya.
Lebih lanjut, Agus melihat dampak buruk lainya yang disebabkan oleh paparan polusi udara, di mana jika seseorang terus menerus terpapar udara yang tidak bagus maka dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker paru. Selain itu, jika melihat dari beberapa riset, udara yang buruk juga dapat berdampak pada gangguan kognitif pada anak-anak dalam masa pertumbuhan.
"Gangguan kognitif pada anak-anak dalam masa pertumbuhan ini juga mempengaruhi proses pertumbuhan anak polutan itu beberapa riset menunjukan anak-anak yang terkena ekspos polusi ternyata tinggi badanya sedikit lebih pendek dari anak-anak yang tidak terkena polusi jadi efek stunting," ungkapnya.
Baca Juga: Menteri LHK Dorong Generasi Milenial Jadi Green Leadership
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Link DANA Kaget Khusus Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cuan Rp 345 Ribu
- Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Ponpes Tebuireng, Kualitas Bangunan Dinilai Jomplang
- Owner Bake n Grind Terancam Penjara Hingga 5 Tahun Akibat Pasal Berlapis
- 5 Link DANA Kaget Terbaru Bernilai Rp 434 Ribu, Klaim Sekarang Sebelum Kehabisan!
- Unggahan Putri Anne di Tengah Momen Pernikahan Amanda Manopo-Kenny Austin Curi Perhatian
Pilihan
-
Grand Mall Bekasi Tutup, Netizen Cerita Kenangan Lawas: dari Beli Mainan Sampai Main di Aladdin
-
Jay Idzes Ngeluh, Kok Bisa-bisanya Diajak Podcast Jelang Timnas Indonesia vs Irak?
-
278 Hari Berlalu, Peringatan Media Asing Soal Borok Patrick Kluivert Mulai Jadi Kenyataan
-
10 HP dengan Kamera Terbaik Oktober 2025, Nomor Satu Bukan iPhone 17 Pro
-
Timnas Indonesia 57 Tahun Tanpa Kemenangan Lawan Irak, Saatnya Garuda Patahkan Kutukan?
Terkini
-
Hadirkan Musik Kelas Dunia Melalui Konser Babyface dengan Penawaran Eksklusif BRImo Diskon 25%
-
RDN BCA Dibobol Rp 70 Miliar, OJK Akui Ada Potensi Sistemik
-
ESDM Pastikan Revisi UU Migas Dorong Investasi Baru dan Pengelolaan Energi yang Berkelanjutan
-
Penyaluran Pupuk Subsidi Diingatkan Harus Sesuai HET, Jika Langgar Kios Kena Sanksi
-
Tak Mau Nanggung Beban, Purbaya Serahkan Utang Kereta Cepat ke Danantara
-
Modal Asing Rp 6,43 Triliun Masuk Deras ke Dalam Negeri Pada Pekan Ini, Paling Banyak ke SBN
-
Pertamina Beberkan Hasil Penggunaan AI dalam Penyaluran BBM Subsidi
-
Keluarkan Rp 176,95 Miliar, Aneka Tambang (ANTM) Ungkap Hasil Eksplorasi Tambang Emas Hingga Bauksit
-
Emiten PPRO Ubah Hunian Jadi Lifestyle Hub, Strategi Baru Genjot Pendapatan Berulang
-
Penumpang Kereta Api Tembus 369 Juta Hingga September 2025