Suara.com - Harga emas dunia anjlok 3 persen pada perdagangan Kamis, merosornya logam kuning ini disebabkan mata uang dolar AS yang menguat signifikan usai laporan data penjualan ritel Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, Jumat (17/9/2021) harga emas di pasar spot anjlok 2,1 persen menjadi 1.755,75 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level terendah lebih dari satu bulan di 1.744,30 dolar AS per ounce.
Sementara harga emas berjangka Amerika Serikat ditutup melorot 2,1 persen menjadi 1.756,70 dolar AS per ounce.
Sementara itu harga perak merosot lebih dari 5 persen karena hal yang sama, kedua logam tersebut terperangkap dalam slipstream emas, perak terakhir jatuh 4,3 persen menjadi 22,79 dolar AS per ounce.
Memukul daya tarik emas bagi pemegang mata uang lainnya, dolar melonjak setelah data menunjukkan peningkatan tak terduga dalam penjualan ritel Amerika pada Agustus.
"Emas mendapat pukulan cukup besar," dengan kenaikan dolar dan imbal hasil Treasury, serta data yang lebih kuat," kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.
Kecuali ada beberapa peristiwa geopolitik atau kejutan The Fed, lintasan emas tidak mungkin berubah menjelang pertemuan FOMC , papar Haberkorn menambahkan.
Emas juga menemukan sedikit jeda dari kelesuan pasar tenaga kerja, dengan klaim awal pengangguran tercatat sedikit lebih tinggi dari ekspektasi, minggu lalu.
"Angka penjualan ritel yang kuat menunjukkan sentimen konsumen mulai kembali, indikator yang baik bagi The Fed untuk membawa ekspektasi pada kenaikan suku bunga berikutnya," kata Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, Chicago.
Baca Juga: Negara di Dunia Mulai Legalkan Kripto Jadi Mata Uang, Ternyata Efeknya Luar Biasa
Fokus sekarang beralih ke pertemuan The Fed pada 21-22 September.
"Ada banyak anggota di FOMC yang mendukung dimulainya tapering tahun ini, dan oleh karena itu prospek emas tidak positif," kata analis Quantitative Commodity Research, Peter Fertig.
Penghentian langkah-langkah dukungan ekonomi tidak hanya meredupkan status emas sebagai safe-haven yang dipicu oleh pandemi tetapi kenaikan suku bunga berikutnya berarti peningkatan opportunity cost untuk memegang aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti logam kuning.
Platinum menyusut 1,7 persen menjadi 930,52 dolar AS per ounce, sementara paladium adalah satu-satunya pemenang, melambung 1,5 persen menjadi 2.032,50 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
Terkini
-
Meski Ada Israel, Airlangga Ngotot Indonesia Tetap Masuk Keanggotaan OECD
-
Harga Minyak Menguat Lagi: AS Bersiap Tambah Pencegatan Kapal Tanker Venezuela
-
Cara Mendapatkan Promo Shopee 12.12, Trik Jitu Biar Gak Kehabisan Diskon
-
Harga Tiket Pesawat Meroket Meski Pemerintah Bilang Ada Diskon Nataru, Apa yang Terjadi?
-
Progres Pemulihan Listrik Pasca-Bencana: Aceh 33 Persen
-
OJK Proses Izin Dua Calon Lembaga Bursa Aset Kripto, Siapa Saja?
-
Diminta OJK Perbanyak Porsi, Proyeksi Keuangan Hijau Bakal Naik pada 2026
-
Mentan Amran: Korban Bencana Sumatra Harus Dibantu, Negara Memanggil!
-
Rupiah Masuk Zona Hijau, Dolar Amerika Loyo ke Rp16.667
-
IHSG Bergerak 2 Arah di Awal Sesi Hari Ini, Tapi Cenderung Melemah