Suara.com - Sektor pertanian sebaiknya dijaga agar tetap berproduksi dan memberi kontribusi pada perbaikan ekonomi nasional. Bahkan ketika semua sektor terperosok akibat pandemi Covid-19, sektor pertanian tumbuh positif dan tetap berkembang dengan baik.
"Kenapa pertanian disebut bantalan? Sebab ketika semua sektor terperosok akibat pandemi Covid 19, sebaliknya, sektor pertanian tumbuh positif dan tetap berkembang secara baik. Karena itu perlu kita jaga bersama," ujar Ekonom Senior Indef, Prof. Bustanul Arifin, Jakarta, Senin (20/9/2021).
Hal ini disampaikan Bustanul dalam diskusi Indef berjudul "Pertanian Bantalan Resesi", yang digelar melalui format webinar.
Menurutnya, Indonesia bukan tidak mungkin menjadi negara terkuat di dunia apabila sektor pertaniannya dikelola dengan baik. Apalagi pertanian terbukti mampu menyerap banyak tenaga kerja dan menghidupi jutaan warga yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Oleh karena itu, program yang digagas pemerintah (Kementerian Pertanian), kalau diadopsi oleh banyak daerah lain, maka bisa mencapai apa yang disebut dengan 5 CB (Cara Bertindak). Walaupun saya yakin, perkembangannya akan sedikit lamban, karena Covid-19 terus berkembang. Tapi lebih baik lamban daripada tidak berkembang sama sekali," katanya.
Direktur Program Indef, Esther Sri Astuti mengatakan, sektor pertanian Indonesia memang masih jauh lebih baik jika dibanding dengan negara tetangga seperti Thailand, Malayasia dan Filipina. Namun ia menyarankan, agar pemerintah mau mempelajari perkembangan sektor pertanian dari negara lain yang sudah maju, terutama dalam melakukan pengelolaanya.
"Kita bisa belajar dari Finlandia atau begara Eropa lainya yang sudah lebih dulu menggunakan teknologi. Apalagi tantangan kita saat ini adalah selalu berkaitan dengan perubahan iklim dan bencana," katanya.
Meski demikian, ia bersyukur karena Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) terus mengalami perkembangan yang baik, sehingga nilai kesejahteraan petani di tengah suasana pandemi tetap terjaga.
"NTP dan NTUP pada saat pandemi relatif meningkat, dan ini bisa menjadi strategi kedaulatan pangan kita ke depan," katanya.
Baca Juga: Dirjenbun Kementan Gelar Sosialisasi Penelitian dan Pengembangan Kelapa Sawit
Dirjen Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, yang diwakili sekretarisnya, Bambang Pamudji menjelaskan, langkah cepat 5 CB adalah bagian dari strategi dan arah kebijakan pertanian Indonesia dalam menjalani aktivitas produksi pasca pandemi.
"Hasilnya, NTP juli 2021 mencapai 103,48 atau naik 1,16 persen jika dibandingkan juli 2020. jadi sejak juni 2020 NTP dan NTUP dalam kondisi baik, kemudian ekspor kita juga naik dan impor kita turun," katanya.
Di sisi lain, Bambang menyebut, saat ini Kementan tengah mendorong program klaster pangan lokal dan diversifikasi pangan melalui Program Pekarangan Pangan Lestari dan Food Estate yang tersebar di sejumlah daerah.
"Kami juga berupaya menjaga ketersediaan pangan dengan memberi stimulus relaksasi KUR dan mempercepat bantuan sarana dan prasarana produktivitas, kemudian membantu petani dalam mengangkut pangan dari daerah surplus ke daerah defisit, serta melakukan kerjasama dengan penyedia jassa. Semua biayanya kami subsidi," tutupnya.
Berita Terkait
-
Tani dan Nelayan akan Gelar Rembug Paripurna untuk Susun Program Strategis
-
Kenaikan Tarif Cukai Disorot, Diprediksi Berdampak Pada Ekonomi Nasional
-
Era 4.0, Pertanian Modern harus Gunakan Alat dan Mesin untuk Genjot Produktivitas
-
Bantu Kembangkan Pertanian, Mentan Minta KUR Bisa Terus Diserap Petani
-
Tahun 2021 Tinggal 3,5 Bulan Lagi, Realisasi Anggaran PEN Baru Setengahnya
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?
-
Berkat Pemberdayaan BRI, Batik Malessa Ubah Kain Perca hingga Fashion Premium
-
BSU Guru Kemenag Cair! Ini Cara Cek Status dan Pencairan Lewat Rekening
-
Update Harga Sembako: Cabai dan Bawang Merah Putih Turun, Daging Sapi Naik
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen