Suara.com - Tim Percepatan Penguatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Asuransi dan Dana Pensiun bersama Kementerian BUMN meresmikan Koasuransi Merah Putih. Inisiatif ini merupakan bagian dari peran strategis dari PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) yang dikenal sebagai Indonesia Financial Group (IFG) sebagai Koordinator Tim yang akan melakukan pembenahan sekaligus optimalisasi industri Asuransi dan Dana Pensiun nasional.
Koasuransi Merah Putih beranggotakan perusahaan-perusahaan asuransi BUMN yaitu PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Jasa Raharja Putera, dan PT Asuransi Asei.
Dalam pelaksanaan kerjasama ini, koasuransi merah putih ini didukung oleh PT Reasuransi Indonesia Utama dan PT Reasuransi Nasional Indonesia.
Konsorsium kolaborasi ini menjadi salah satu langkah awal dalam transformasi BUMN di klaster ini terutama dalam rangka percepatan pertumbuhan industri.
Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo, mengapresiasi Project Management Office (PMO) dalam bentuk koasuransi tersebut sebagai bagian dari upaya optimalisasi industri sekaligus perbaikan atas sejumlah masalah di industri asuransi.
"Kita lihat kemajuan yang baik dalam setahun perjalanan IFG sebagai Holding dan sekarang mendapatkan tugas sebagai Koordinator Klaster Asuransi dan Dana Pensiun. Tapi jujur ini satu klaster yang paling menantang karena industrinya sedang tidak sehat,” kata Kartika ditulis Selasa (12/10/2021).
Tantangan di BUMN dalam memastikan kesehatan seluruh BUMN adalah menciptakan bisnis model dan model kolaborasi yang tepat.
"Karena ada juga model kolaborasi yang tidak tepat. Di masa lalu sering ada kolaborasi; yang satu untung yang satu rugi. Sehingga membunuh teman sendiri,” Tiko, sapaan akrab Kartika, membeberkan.
Salah satu contoh adalah kerjasama BUMN di bidang Asuransi Kredit dengan Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) di masa lalu.
Baca Juga: Pernah Ditawari Jabatan BUMN tapi Menolak, Ferdinand Bongkar Alasannya
”Bahwa ini seolah-olah sinergi antara Himbara dengan Askrindo, Jasindo, atau Jamkrindo tapi sebenarnya Himbara posisi di atas sedangkan sebaliknya Askrindo, Jasindo, atau Jamkrindo, sebagai price taker seperti jadi keset saja. Akhirnya jebol semua,” sesalnya.
Maka Tiko menegaskan penting untuk perbaikan tata kelola yang saat ini tata kelola industri asuransi lemah dalam tiga hal. Pertama terkait penetapan harga (pricing).
”Dalam 10 tahun terakhir tidak ada kebijakan harga yang tepat dan balance. Sering kali risiko yang dijamin besar tapi preminya kecil, klaimnya meningkat akhirnya meledak. Ini terjadi karena mitigasi risikonya rendah,” terusnya.
Kedua, persoalan brokerage. Pemburu fee alias komisi yang bahkan terjadi di antar BUMN. Masalah ketiga adalah kompetensi. Tiko mengatakan, kompetensi dimaksud bisa terkait aktuaria dan statistik yang isunya bisa berkaitan dengan kebijakan penetapan harga produk atau layanan.
”Karena kita tahu salah satu core kompetensi dari asuransi adalah memprediksi risiko, mengagregasi risiko, sehingga terdapat biaya mitigasi risiko yang tepat dan balance. Sehingga ketika ada risiko bisa ditangani dengan baik dan masing-masing pihak bisa mendapatkan proteksi tersebut,” terusnya.
Sejalan dengan itu, Direktur Utama IFG sekaligus Ketua Tim Kerja Tim Percepatan Penguatan BUMN Klaster dan Dana Pensiun, Robertus Billitea, mengatakan sejumlah kebijakan strategis dalam perspektif klaster difokuskan pada berbagai faktor fundamental.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Body Lotion dengan Kolagen untuk Usia 50-an, Kulit Kencang dan Halus
- 8 Bedak Translucent untuk Usia 50-an, Wajah Jadi Flawless dan Natural
- Sepatu On Cloud Ori Berapa Harganya? Cek 5 Rekomendasi Paling Empuk buat Harian
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Pemain Keturunan Jerman Ogah Kembali ke Indonesia, Bongkar 2 Faktor
Pilihan
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun, Cabai Turun setelah Berhari-hari Melonjak
-
Hasil SEA Games 2025: Mutiara Ayu Pahlawan, Indonesia Siap Hajar Thailand di Final
-
Stok BBM Shell Mulai Tersedia, Cek Lokasi SPBU dan Harganya
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
Terkini
-
Pemerintah Jadikan KEK Senjata Utama Dongkrak Investasi Nasional
-
Tambang Emas Termasuk Tiga Klaster Pemicu Parahnya Banjir Sumatera Utara
-
Penuhi Kebutuhan Nasabah Saat Libur Nataru, Bank Mandiri Siapkan Uang Tunai Sebesar Rp25 Triliun
-
Stok Beras Nasional Aman, Mentan/Kabapanas Setujui Permohonan Gubernur Mualem: 10.000 Ton Beras
-
Kemenkeu Tunda Cukai MBDK, Purbaya: Ekonomi Masyarakat Belum Kuat
-
Panggul Beras Menteri Zulhas Disorot, Apa Tugas Menko Pangan?
-
BRI Rayakan Eksistensi 130 Tahun: 1,2 Juta AgenBRILink Perkuat Layanan hingga 66 Ribu Desa
-
RAJA Buka Suara soal Isu Keterkaitan Happy Hapsoro dengan CBRE
-
Bos OJK Sebut Ada Tiga Cara Tingkatkan Integritas di Industri Keuangan, Apa Saja?
-
Garap Proyek Emas, Merdeka Gold Resources (EMAS) Kantongi Utang US$350 Juta