Suara.com - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menempatkan pasar di jalur kerugian mingguan karena melonjaknya kasus virus varian Omicron.
Dikutip dari kantor berita Antara, kehadiran Omicron menimbulkan kekhawatiran bahwa akan ada lockdown lagi, yang berpotensi menekan permintaan bahan bakar.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari merosot 1,50 dolar Amerika Serikat (AS) atau 2,0 persen menjadi menetap di 73,52 dolar AS, setelah mencapai tertinggi sesi di 74,97 dolar AS dan terendah 72,65 dolar AS. Untuk minggu ini, Brent anjlok 3,3 persen.
Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Januari turun 81 sen atau 2,1 persen menjadi ditutup di 70,86 dolar AS per barel, setelah terombang-ambing antara puncak sesi 72,25 dolar AS dan terendah 69,94 dolar AS. Minggu ini, WTI melemah 1,1 persen.
"Ada kekhawatiran tentang COVID yang tidak akan hilang, dan persepsi yang dapat membebani permintaan memberi tekanan pada pasar," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Di Denmark, Afrika Selatan, dan Inggris, jumlah kasus baru Omicron meningkat dua kali lipat setiap dua hari. Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen mengatakan pada Jumat (17/12/2021) bahwa pemerintahnya akan mengusulkan lockdown baru untuk membatasi penyebarannya.
Di Amerika Serikat, penyebaran cepat varian Omicron telah menyebabkan beberapa perusahaan menghentikan rencana untuk para pekerja kembali bekerja di kantor.
“Pesan kehati-hatian dan peringatan gelombang COVID yang memburuk mulai berdering lebih keras dengan mendekatnya musim liburan akhir tahun, meredam sentimen pasar,” kata Vandana Hari, analis energi di Vanda Insights.
"Minyak mentah mungkin tetap dalam pola bertahan, meskipun dengan banyak volatilitas harga di sekitar rata-rata, dalam perdagangan yang menipis selama beberapa minggu ke depan."
Baca Juga: Kekhawatiran Atas Virus Varian Omicron, Wall Street Berakhir Lebih Rendah
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, telah mengatakan bahwa mereka dapat bertemu sebelum pertemuan 4 Januari yang dijadwalkan jika perubahan dalam prospek permintaan memerlukan tinjauan rencana mereka untuk menambah pasokan 400.000 barel per hari pada Januari.
"Kita bisa melihat konsolidasi lebih lanjut sekitar 70 dolar AS di sesi mendatang karena kita mempelajari lebih lanjut tentang Omicron, pembatasan apa yang akan terjadi, dan apakah OPEC+ akan bereaksi," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA.
Tetapi terlepas dari ancaman Omicron terhadap permintaan, Goldman Sachs mengatakan pada Jumat (17/12/2021) bahwa varian baru memiliki dampak terbatas pada mobilitas atau permintaan minyak, menambahkan bahwa konsumsi minyak diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi pada 2022 dan 2023.
Berita Terkait
-
Isu Damai Ukraina Redam Efek Blokade Tanker Venezuela, Begini Dampaknya ke Harga Minyak
-
Bobol BPJS Rp21,7 Miliar Pakai Klaim Fiktif, Kejati DKI Tangkap Tersangka berinisial RAS
-
Trump Berulah! AS Blokade Tanker Venezuela, Harga Minyak Mentah Meroket Tajam
-
Harga Minyak Mentah Indonesia Turun Jadi USD 62,63 di November, BBM Gimana?
-
Imbas Blokade Tanker Venezuela oleh AS, Harga Minyak Brent dan WTI Melonjak
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
BRI Peduli Siapkan Posko Tanggap Darurat di Sejumlah Titik Bencana Sumatra
-
Kapitalisasi Kripto Global Capai 3 Triliun Dolar AS, Bitcoin Uji Level Kunci
-
Kenaikan Harga Perak Mingguan Lampaui Emas, Jadi Primadona Baru di Akhir 2025
-
Target Mandatori Semester II-2025, ESDM Mulai Uji Coba B50 ke Alat-alat Berat
-
Ritel dan UMKM Soroti Larangan Kawasan Tanpa Rokok, Potensi Rugi Puluhan Triliun
-
Jurus Bahlil Amankan Stok BBM di Wilayah Rawan Bencana Selama Nataru
-
Modal Dedaunan, UMKM Ini Tembus Pasar Eropa dan Rusia dengan Teknik Ecoprint
-
Perubahan Komisaris Bank Mandiri Dinilai Strategis Dukung Ekspansi Bisnis
-
Harga Emas Hari Ini Naik Lagi, UBS dan Galeri24 di Pegadaian Makin Mengkilap
-
Grab Tawarkan Jaminan Tepat Waktu Kejar Pesawat dan Kompensasi Jutaan Rupiah