Suara.com - Harga minyak dunia melonjak pada perdagangan hari Kamis, dengan Brent melampaui USD105 untuk kali pertama sejak 2014, setelah serangan Rusia di Ukraina memperburuk kekhawatiran tentang gangguan pasokan energi global.
Mengutip CNBC, Jumat (25/2/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan global, ditutup melesat USD2,24, atau 2,3 persen menjadi USD99,08 per barel, setelah menyentuh level tertinggi di USD105,79.
Sementara itu, patokan Amerika, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), menguat 71 sen, atau 0,8 persen menjadi USD92,81 per barel, setelah sebelumnya meroket menjadi USD100,54.
Brent dan WTI masing-masing menembus level tertinggi sejak Agustus dan Juli 2014.
Kemudian di sesi tersebut, harga menyusut setelah Biden mengatakan Amerika Serikat bekerja sama dengan negara lain dalam pelepasan gabungan minyak tambahan dari cadangan minyak mentah strategis global.
Rusia melancarkan invasi habis-habisan ke Ukraina melalui darat, udara dan laut dalam serangan terbesar oleh satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden meluncurkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia, memberlakukan langkah-langkah untuk menghambat kemampuannya guna melakukan bisnis dalam mata uang utama dunia bersama dengan sanksi terhadap perbankan dan perusahaan "pelat merah" negara itu.
Inggris mengumumkan langkah-langkah baru yang menargetkan bank, anggota inner circle Putin dan orang-orang yang sangat kaya yang menikmati gaya hidup London yang mewah.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa Barat harus mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.
Baca Juga: Harga Emas Sentuh Level Tertinggi Dampak Invasi Rusia Atas Ukraina
Rusia adalah produsen minyak terbesar ketiga dan eksportir minyak terbesar kedua.
"Mengingat persediaan yang rendah dan kapasitas cadangan berkurang, pasar minyak tidak mampu menanggung gangguan pasokan yang besar," papar kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Rusia juga merupakan pemasok gas alam terbesar ke Eropa, menyediakan sekitar 35 persen dari pasokannya.
China memperingatkan dampak ketegangan terhadap stabilitas pasar energi.
"Semua negara yang benar-benar bertanggung jawab, harus mengambil tindakan yang bertanggung jawab untuk bersama-sama menjaga keamanan energi global," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 4 HP Flagship Turun Harga di Penghujung Tahun 2025, Ada iPhone 16 Pro!
- 5 Moisturizer Murah yang Mencerahkan Wajah untuk Ibu Rumah Tangga
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Aset Tanah Ade Kuswara Kunang Tersebar dari Bekasi, Cianjur Hingga Karawang
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra