Suara.com - Harga emas dunia melesat tinggi pada perdagangan hari Selasa, kenaikan ini dipicu krisis geopolitik di Eropa imbas invasi Rusia ke Ukraina.
Mengutip CNBC, Rabu (2/3/2022) harga emas di pasar spot melonjak 1,8 persen menjadi USD1.941,51 per ounce karena krisis tersebut mendorong investor ke aset safe-haven.
Sementara itu emas berjangka Amerika Serikat ditutup meroket 2,3 persen menjadi USD1.943,80 per ounce.
Wall Street tergelincir dan harga minyak melesat kembali di atas USD100 per barel karena konvoi kendaraan lapis baja Rusia terus mendekati ibukota Ukraina, Kyiv.
"Imbal hasil obligasi jatuh karena harga pulih kembali pada arus safe-haven dan dengan beberapa investor mengurangi ekspektasi mereka tentang pengetatan kebijakan moneter secara agresif dari bank sentral. Dengan latar belakang ini, saya memperkirakan emas akan bergerak jauh ke atas USD2.000," ujar Fawad Razaqzada, analis ThinkMarkets.
Emas dianggap sebagai penyimpan nilai yang aman selama ketidakpastian dan juga lindung nilai terhadap kenaikan inflasi.
Sementara itu paladium melesat ke puncak tujuh bulan karena sanksi Barat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina meningkatkan kekhawatiran pasokan.
Logam auto-katalis itu melonjak sebanyaknya 9,4 persen menjadi USD2.722,79 per ounce di sesi tersebut dan naik 3,4 persen menjadi USD2.572,23.
Analis OANDA, Edward Moya mengatakan ada kekhawatiran yang luar biasa bahwa Rusia, eksportir utama paladium, akan menghadapi gangguan parah karena larangan penerbangan bakal menimbulkan masalah besar dalam mendapatkan pasokan ke berbagai tempat,.
Baca Juga: Harga Emas Terus Melonjak Terdorong Krisis Ukraina
"Pasar paladium sudah mendapati persediaan yang ketat dan sekarang risiko geopolitik akan menyebabkan kekurangan pasokan yang parah." Kata Edward.
Rusia adalah produsen paladium terbesar dunia, dengan Nornickel yang berbasis di Moskow menyumbang 40 persen produksi tambang logam tersebut tahun lalu.
Sedangkan harga perak di pasar spot melambung 3,9 persen menjadi USD25,38 per ounce dan platinum naik 0,9 persen menjadi USD1.052,84 per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri
-
Spesifikasi E6900H dan Wheel Loader L980HEV SDLG Indonesia
-
Kartu Debit Jago Syariah Kian Populer di Luar Negeri, Transaksi Terus Tumbuh
-
BRI Dukung JJC Rumah Jahit, UMKM Perempuan dengan Omzet Miliaran Rupiah
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Bahlil 'Sentil' Pertamina: Pelayanan dan Kualitas BBM Harus Di-upgrade, Jangan Kalah dari Swasta!
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Program AND untuk 71 SLB, Bantuan Telkom Dalam Memperkuat Akses Digitalisasi Pendidikan