Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2022 mengalami surplus sebesar USD4,53 miliar, surplus ini ditopang dari sektor nonmigas sebesar USD6,62 miliar. Sedangkan di sektor migas terjadi defisit USD2,09 miliar.
Surplus ini merupakan yang ke-23 yang terjadi secara beruntun.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan surplus ini akan makin menguatkan cadangan devisa sekaligus meningkatkan ketahanan sektor eksternal.
“Kinerja perdagangan internasional Indonesia kembali menunjukkan performa impresif di tengah eskalasi perang Rusia-Ukraina. Surplus yang berkelanjutan ini akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia,” kata Menko Airlangga dalam keterangan persnya, Selasa (19/4/2022).
Solidnya performa surplus Indonesia pada Maret 2022 ditopang oleh kinerja ekspor yang terus menguat di tengah peningkatan harga berbagai komoditas andalan yang cukup signifikan.
Tercatat pada Maret 2022, harga batubara meningkat 49,91 persen (month to month/mtm), nikel tumbuh 41,26 persen (mtm), dan CPO naik 16,72 persen (mtm).
“Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia terus memacu hilirisasi komoditas unggulan. Sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” lanjut Menko Airlangga.
Sedangkan ekspor sektor industri pengolahan pada Maret 2022 juga mampu tumbuh sebesar 23,99 persen (mtm). Sektor ini juga mendominasi komposisi ekspor Indonesia dengan porsi mencapai 72,69 persen dari total ekspor.
Sementara itu, dari sisi impor terlihat bahwa komposisi utamanya didominasi oleh golongan bahan baku/penolong dengan porsi sebesar 77,46 persen dengan peningkatan sebesar 32,60 persen (mtm). Disusul oleh impor barang modal dengan porsi mencapai 14,26 persen yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,31 persen (mtm).
Selain itu, impor konsumsi tercatat hanya mencapai 8,28 persen dari total impor.
“Dominasi dan kenaikan impor bahan baku menunjukkan bahwa impor Indonesia ditujukan untuk aktivitas produktif guna mendorong output nasional, sementara kenaikan pada barang modal menunjukkan perusahaan manufaktur terus mendorong ekspansi usahanya,” pungkasnya.
Berita Terkait
-
Pemerintah Izinkan Halal Bihalal Tapi Tak Boleh Makan Minum di Tempat, Netizen Bandingkan dengan MotoGP Mandalika
-
Maknai Nuzulul Quran, Ketum Golkar Airlangga Harap Indonesia Tak Terpolarisasi Hanya karena Beda Pandangan Politik
-
Disebut Jadi Salah Satu Menteri yang Siap Nyapres 2024, Airlangga Angkat Jempol: Doanya Semoga Mabrur
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
Pembangunan Akses Tol Bitung oleh Paramount Land Capai 80 Persen
-
PNM Bersama Holding Ultra Mikro Wujudkan Akses Keuangan Merata
-
Leony, Warisan Bisa Dikecualikan dari Pajak Penghasilan Tapi BPHTB Mengintai
-
Luhut Temui Aliansi Ekonom Indonesia, Bahas 7 Tuntutan ke Pemerintah
-
Cadangan Migas Baru Ditemukan di Muara Enim
-
Bandara Supadio Mulai Layani Penerbangan Internasional
-
Kemendag Ultimatum Gold's Gym, Harus Ganti Rugi Anggota Usai Penutupan Gerai Mendadak
-
Menkeu Purbaya Resmi Guyur Dana Jumbo Rp 200 Triliun ke Perbankan
-
Pabrik Baja di Surabaya Tumbang Imbas Gempuran Produk Impor
-
Emas Antam Kembali Mahal, Harganya Rp 2.095.000 per Gram