Suara.com - Kabar mengejutkan datang dari China yang memutuskan untuk empertahankan suku bunga pinjamannya stabil pada Rabu (20/4/2022). Keputusan ini dianggap sebagai sikap waspada pasca hambatan ekonomi akibat lockdown COVID-19.
Berbeda dengan sebagian besar ekonomi utama yang mulai memperketat kebijakan moneter untuk memerangi inflasi, China telah meningkatkan pelonggaran untuk meredam perlambatan.
Meski demikian, perbedaan kebijakan seperti itu dengan bank-bank sentral utama dapat mendorong arus keluar modal, menambah tekanan pada yuan.
Suku bunga utama pinjaman satu tahun (LPR) dipertahankan di 3,70 persen dan LPR lima tahun tidak berubah di 4,60 persen.
Kepala Analis Pasar Keuangan di MUFG Bank, Marco Sun memaparkan, perbedaan kebijakan antara China dan Amerika Serikat kemungkinan akan berlanjut meskipun LPR stabil pada April karena sikap kebijakan PBOC (bank sentral China) tampak lebih dovish.
"Pemulihan dari COVID adalah tugas yang menantang bagi pembuat kebijakan global," kata Sun, menambahkan bahwa dampak ekonomi dari gelombang terbaru infeksi COVID-19 masih belum pasti.
Sun masih melihat peluang untuk menurunkan LPR pada kuartal kedua tahun ini.
Sebagian besar dari 28 pedagang dan analis yang disurvei dalam jajak pendapat Reuters minggu ini mengharapkan pengurangan bulan ini. Di antara mereka, 11 atau 39 persen dari semua responden, memperkirakan pemotongan marjinal sebesar 5 basis poin di kedua suku bunga.
PBOC pekan lalu menurunkan jumlah uang tunai yang harus disisihkan bank sebagai cadangan dengan margin yang lebih kecil dari perkiraan untuk memberikan suntikan uang tunai yang relatif moderat.
Baca Juga: 'Jebakan Utang China' Dituduh Jadi Penyebab Utama Krisis Ekonomi Paling Mengerikan di Sri Lanka
Bank investasi global termasuk Goldman Sachs mengatakan pengekangan PBOC mungkin mencerminkan kekhawatiran atas inflasi dan pengetatan moneter yang agresif oleh Federal Reserve (Fed) AS.
Secara terpisah, beberapa pelaku pasar menunjukkan bahwa pertumbuhan kredit yang kuat baru-baru ini juga bisa menjadi bagian dari alasan bank menahan diri untuk menurunkan suku bunga acuan pinjaman.
"LPR yang tidak bergerak menunjukkan permintaan pinjaman sekarang tidak buruk dalam pandangan bank," kata Ahli Strategi Senior China ANZ, Xing Zhaopeng.
"Kami mungkin perlu kesabaran untuk mengamati lebih banyak data kredit," katanya, menambahkan LPR masih bisa diturunkan tahun ini, ketika pertumbuhan kredit memburuk bahkan jika PBOC enggan untuk memotong fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF), yang berfungsi sebagai panduan ke LPR.
Pinjaman bank baru di China naik lebih dari yang diperkirakan pada Maret, sementara pertumbuhan kredit yang luas mengalami percepatan dari bulan sebelumnya.
Sebagian besar pinjaman baru dan terutang di China didasarkan pada LPR satu tahun. Suku bunga lima tahun mempengaruhi harga hipotek.
Berita Terkait
-
Kasus COVID-19 di China Melonjak, Shanghai Lockdown, Begini Kondisi Konsulat Jenderal RI di Sana
-
Ngeri! Core Indonesia Prediksi Inflasi RI Bisa Tembus 5,5 Persen Tahun Ini
-
Bank Indonesia Masih Tahan Suku Bunga Acuan di Level 3,5%
-
CEK FAKTA: Benarkah TKA China di Aceh Memakai Seragam Loreng Seperti Anggota TNI?
-
'Jebakan Utang China' Dituduh Jadi Penyebab Utama Krisis Ekonomi Paling Mengerikan di Sri Lanka
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Kebiasaan Mager Bisa Jadi Beban Ekonomi
-
Jurus Korporasi Besar Jamin Keberlanjutan UMKM Lewat Pinjaman Nol Persen!
-
Purbaya Sepakat sama Jokowi Proyek Whoosh Bukan Cari Laba, Tapi Perlu Dikembangkan Lagi
-
Dorong Pembiayaan Syariah Indonesia, Eximbank dan ICD Perkuat Kerja Sama Strategis
-
Respon Bahlil Setelah Dedi Mulyadi Cabut 26 Izin Pertambangan di Bogor
-
Buruh IHT Lega, Gempuran PHK Diprediksi Bisa Diredam Lewat Kebijakan Menkeu Purbaya
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
IHSG Merosot Lagi Hari Ini, Investor Masih Tunggu Pertemuan AS-China
-
Ada Demo Ribut-ribut di Agustus, Menkeu Purbaya Pesimistis Kondisi Ekonomi Kuartal III
-
Bahlil Blak-blakan Hilirisasi Indonesia Beda dari China dan Korea, Ini Penyebabnya