Suara.com - Harga minyak dunia naik tinggi pada perdagangan Kamis, hal ini setelah kekhawatiran tentang pengetatan pasokan karena Uni Eropa (UE) mempertimbangkan potensi larangan impor pasokan Rusia.
Mengutip CNBC, Jumat (32/4/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup melonjak USD1,53 atau naik 1,5 persen menjadi USD108,33 per barel, setelah sebelumnya melejit setingginya USD109,80.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), melambung USD1,60, atau 1,6 persen menjadi USD103,79, setelah sebelumnya menyentuh USD105,42.
Pembeli juga bereaksi terhadap gangguan yang sedang berlangsung di Libya, yang kehilangan lebih dari 550.000 barel per hari produksi minyak akibat blokade di ladang dan terminal ekspor utama.
Brent meroket hampir 8 persen dalam tujuh hari perdagangan terakhir, tetapi reli datang dengan kecepatan yang lambat, tidak seperti hiruk-pikuk yang menyertai pergerakan pada akhir Februari ketika Rusia menginvasi Ukraina, dan juga pada pertengahan Maret.
Pasar sedikit mengalami tekanan jual setelah Menteri Keuangan AS Janet Yellen, Kamis, mengatakan UE perlu berhati-hati tentang larangan total impor energi Rusia karena kemungkinan akan menyebabkan harga minyak melonjak.
Uni Eropa masih mempertimbangkan larangan tersebut atas invasi Rusia ke Ukraina, yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" untuk mendemiliterisasi tetangganya.
Phil Flynn, analis Price Futures Group, mengatakan pasar sedang mempertimbangkan kemungkinan bahwa, di masa depan, pertumbuhan yang melambat atau pasokan tambahan dapat merusak kasus bullish untuk minyak.
Namun, pasar tetap ketat. Stok bahan bakar sulingan Amerika mendekati posisi terendah 14 tahun, tutur Departemen Energi AS, Rabu.
Baca Juga: OPEC Tolak Permintaan AS dan Uni Eropa Tambah Pasokan Agar Harga Minyak Turun
Trader juga mengutip komentar dari pejabat Federal Reserve yang menyebutkan jalur agresif untuk menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang. Itu bisa menghambat pertumbuhan, mengurangi permintaan produk energi.
Ekspor minyak mentah AS melambung menjadi lebih dari 4 juta barel per hari pekan lalu, sebagian mengimbangi penyusutan minyak mentah Rusia yang terkena sanksi dari Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Naik 15,6 Persen, Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Tembus 7,7 Juta Periode Juli-September
-
PP 39/2025 Terbit, Pemerintah Prioritaskan Stok Batu Bara untuk BUMN Energi dan Industri Strategis
-
Sempat ke Level Tertinggi, IHSG Akhirnya Ditutup Menguat Didorong Keperkasaan Rupiah
-
Mandatori B50 Ditargetkan Berjalan Semester II 2026, Bahlil: Insya Allah Kita Tak Lagi Impor Solar!
-
Bahlil Jawab Keraguan Kapasitas UMKM dan Koperasi Kelola Tambang: SDM Bisa Diperkuat Sambil Berjalan
-
Danantara Akan Jadi Penyuntik Dana Besar di Pasar Modal RI
-
Dapat Penjaminan Kredit, Kini UMKM Bisa Ikut Tender Pengadaan Barang-Jasa Pemerintah
-
3 Rekomendasi Lokasi Rumah di Jakarta Selatan Harga di Bawah Rp 1 Miliar
-
Terus Meningkat, 27359 Rekening yang Terhubung Judol Sudah Ditutup
-
Relawan GPN 08 Gelar 'Ngaliwet Rakyat' Peringati Setahun Jabatan Presiden