Suara.com - Pertahanan AS, atau yang bisa disebut Pentagon merilis studi yang membahas kelemahan blockchain Bitcoin. Dalam laporan itu menyebut, ada sejumlah pihak yang memiliki kendali berlebih atas sistem.
Laporan dengan tema “Apakah Blockchain Desentralistik? Sentralisasi Tak Sengaja di Distributed Ledger” tersebut berfokus pada aset BTC dan ETH.
Studi dilakukan oleh perusahaan riset keamanan Trail of Bits atas arahan Badan Proyek Riset Lanjut Pertahanan (DARPA) Pentagon AS.
Melansir dari Blockchain Media, laporan itu mengungkap berapa faktor yang mampu mengganggu stabilitas blockchain, terutama Bitcoin, Ethereum, dan kurang dari satu lusin entitas bagi sebagian besar jaringan Proof of Stake.
Ditambah lagi, laporan tersebut juga menyatakan 60 persen lalu lintas jaringan Bitcoin dikelola oleh hanya tiga penyedia jasa internet (ISP).
Mayoritas node Bitcoin tampak tidak berpartisipasi dalam proses penambangan dan operator node tidak menghadapi penalti bila tidak berlaku jujur.
Analis menjelaskan, operasi node baru hanya membutuhkan satu cloud server murah tanpa perangkat penambangan khusus.
Hal ini berpotensi melemahkan pertahanan terhadap serangan serius terhadap blockchain dengan ode baru yang dikendalikan pihak tunggal, disebut Sybil attack.
Masalah lain termasuk protokol serta peranti lunak kadaluarsa dan tidak terenkripsi yang membuka celah bagi serangan terhadap jaringan.
Baca Juga: Bitcoin Sentuh Level 18.000 Dolar AS, Investor Kripto Terus Merugi
“Keamanan blockchain bergantung kepada keamanan peranti lunak dan protokol serta pengaturan off-chain atau mekanisme konsensus,” tulis analis Trail of Bits, dikutip dari Finbold.
Mereka juga menemukan semua mining pool yang menjadi subjek uji coba oleh analis memasang satu kata sandi bagi semua akun atau tidak memvalidasi kata sandi selama proses otentikasi.
Sebagai contoh, mining pool ViaBTC memasang kata sandi ‘123’ bagi semua akun. Mining pool Pooling tidak melakukan otentikasi sama sekali, sedangkan Slushpool meminta pengguna untuk mengabaikan kata sandi.
Menurut data, ketiga mining pool tersebut menguasai 25 persen hashrate Bitcoin.
Pakar kerap mengingatkan kelemahan terkait kripto yang dapat mengakibatkan peretasan. Pada bulan April lalu, seorang peretas berhasil mencuri aset kripto dan NFT senilai US$650 ribu dari dompet kripto MetaMask korban.
Berita Terkait
-
Investor dan Trader Bisa Manfaatkan Momen Bearish Kripto, CEO Indodax: Siklus Empat Tahun
-
Penurunan Bitcoin Saat Ini Dinilai Masih Wajar
-
Dirjen Pajak: Ada Hacker Serang Program Pengungkapan Pajak Sukarela
-
Investor Diminta Waspada Aksi Jual Bitcoin dalam Waktu Dekat
-
Bitcoin Sentuh Level 18.000 Dolar AS, Investor Kripto Terus Merugi
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Pemerintah Dorong Investasi Lab & Rapid Test Merata untuk Ketahanan Kesehatan Nasional
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Transaksi Belanja Online Meningkat, Bisnis Logistik Ikut Kecipratan
-
Regulator Siapkan Aturan Khusus Turunan UU PDP, Jamin Konsumen Aman di Tengah Transaksi Digital
-
Kredit BJBR Naik 3,5 Persen, Laba Tembus Rp1,37 Triliun
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
MedcoEnergi Umumkan Pemberian Dividen Interim 2025 Sebesar Rp 28,3 per Saham
-
Penyeragaman Kemasan Dinilai Bisa Picu 'Perang' antara Rokok Legal dan Ilegal
-
Meroket 9,04 Persen, Laba Bersih BSI Tembus Rp 5,57 Triliun di Kuartal III-2025