Suara.com - Tawaran Presiden Rusia Vladimir Putin terkait kerja sama pengembangan teknologi nuklir bisa jadi momentum untuk merealisasikan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia.
"Menurut saya saat inilah momentum yang tepat (realisasikan PLTN)," kata Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, Rabu (6/7/2022).
Menurut dia, rencana pembangunan PLTN di Indonesia terlalu lama jika harus menunggu 2040 mengacu Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
"Kalau 2040 akan tertinggal jauh," ujar dia.
Sehingga, Fahmy menuturkan tawaran Vladimir Putin terkait pengembangan teknologi nuklir di Indonesia wajib diterima, apalagi Indonesia memiliki target mencapai nol emisi karbon pada 2060.
Tanpa ketersediaan pasokan nuklir sebagai energi komplementer, menurutnya, mustahil Indonesia mencapai target itu.
"Dengan kemampuan Rusia yang cukup besar, kemudian juga kebutuhan Indonesia untuk mencapai 'zero carbon' dan kita punya uranium maka wajib menerima tawaran dari Putin," ujar dia.
Indonesia, kata dia, memiliki bahan baku uranium sendiri dan biaya produksi pengembangan PLTN di Indonesia lebih murah dibandingkan di negara lain yang tidak memiliki uranium.
"Kita punya uranium, kita punya sumber daya tapi kita tidak punya teknologi karena untuk PLTN dibutuhkan teknologi tinggi," kata dia.
Baca Juga: Pasukan Rusia Merangsek ke Donetsk Usai Merebut Luhansk
Ia mengatakan, sebagai energi bersih yang dapat melengkapi bauran energi baru terbarukan (EBT) pembangkit listrik di Indonesia, PLTN sekaligus dapat mengatasi kelemahan pembangkit tenaga surya dan bayu, yang tidak dapat memasok listrik secara penuh sepanjang waktu, karena sifatnya intermittent, yang tergantung cahaya matahari dan embusan angin.
Ia berharap, sebelum kerja sama Rusia Indonesia terealisasi, pemerintah, DPR dan Dewan Energi Nasional (DEN) harus mengubah Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang selama ini menempatkan energi nuklir sebagai alternatif terakhir.
Menurut dia, KEN harus diubah sehingga menjadikan nuklir sebagai energi prioritas.
"Pemerintah, DPR, dan DEN harus mengubah dulu kebijakan energi nasional yang menempatkan nuklir sebagai energi terakhir. Harus diubah menjadi energi yang prioritas sehingga memungkinkan kerja sama dengan Rusia melalui Putin," kata dia, dikutip dari Antara.
Dengan pengalaman, kompetensi, dan keandalan teknologi Rusia dalam pengembangan PLTN melalui Rosatom State Corporation, menurut dia, pemerintah perlu meyakinkan bahwa masa depan pengembangan PLTN di Indonesia aman.
Ia menambahkan, Rosatom telah mengembangkan PLTN yang terbesar di Rusia, yakni Novovoronezh Unit 6, yang berkapasitas 1.200 MW di Voronezh.
Berita Terkait
-
Model Ini Berakhir Tewas Karena Rudal Setelah Jadi Tentara dan Bantu Ukraina
-
BRIN Jajaki Kerja Sama Teknologi Nuklir dengan Prancis
-
Belum Putuskan Berhenti Total, Pabrik Truk AB Volvo di Rusia Mulai Kurangi Pegawai
-
Indonesia Jajaki Kerjasama Kembangkan Teknologi Nuklir dengan Prancis
-
Pasukan Rusia Merangsek ke Donetsk Usai Merebut Luhansk
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 7 Seater Seharga Kawasaki Ninja yang Irit dan Nyaman
- Bukan Akira Nishino, 2 Calon Pelatih Timnas Indonesia dari Asia
- Diisukan Cerai, Hamish Daud Sempat Ungkap soal Sifat Raisa yang Tak Banyak Orang Tahu
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
Pilihan
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
-
Emil Audero Akhirnya Buka Suara: Rasanya Menyakitkan!
-
KDM Sebut Dana Pemda Jabar di Giro, Menkeu Purbaya: Lebih Rugi, BPK Nanti Periksa!
-
Mees Hilgers 'Banting Pintu', Bos FC Twente: Selesai Sudah!
-
Wawancara Kerja Lancar? Kuasai 6 Jurus Ini, Dijamin Bikin Pewawancara Terpukau
Terkini
-
7 Pilihan Lokasi Tanah Murah di Sekitar Bekasi Barat, Ada Akses Transum
-
Bank Indonesia Gebrak Pasar Korea! QRIS Jadi Andalan Transaksi
-
TLKM Spin-off Aset Senilai Rp48 Triliun, Target Harga Saham Naik Lebih 30 Persen?
-
Apa Itu LSP TDDI: Cek Syarat dan Cara Mendapatkan Sertifikasi
-
Harga Emas Hari Ini: UBS dan Galeri 24 Stabil Rp 2,4 Jutaan, Stok Antam Habis?
-
Warga Ujung Negeri Kini Hidup dalam Terang, Listrik PLN Bawa Harapan Baru
-
SIG Pimpin BUMN Klaster Infrastruktur Perkuat Riset Konstruksi Rendah Karbon
-
Perusahaan Rokok Sampoerna Beli Patriot Bond Rp 500 Miliar, Ini Tujuannya
-
Bahlil Ingin Belajar Produksi Bioenergi Karbon dari Brasil
-
Nasib Perobohan Tiang Monorel Masih Tunggu Perumusan Skema