Suara.com - Kebijakan pembatasan BBM subsidi berbasis data rumah tangga didukung penuh Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abra T.G Talattov karena lebih efektif dan tepat sasaran di masa depan.
"Dengan melihat kemampuan ekonomi, penghasilan atau pengeluaran dari masing-masing rumah tangga," ujar Abra.
Pria yang menjabat Head of Center of Food, Energy and Sustanaible Development INDEF itu mengatakan, program ini lebih efektif, tepat sasaran dan potensi penghematan konsumsi jauh lebih besar dibandingkan hanya berbasis kendaraan.
Berkat sistem ini, ia mengatakan, masyarakat yang penghasilannya mepet diatas UMR masih dapat membeli BBM bersubsidi.
Ditambah lagi, subsidi dapat tepat sasaran ke rumah tangga layaknya bantuan perlindungan sosial lain seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Kartu Sembako.
"Itu akan jauh lebih efektif dan menghindari terjadinya kebocoran," ujar Abra dikutip dari Antara.
Meski begitu, ia mengakui, tidak mudah menerapkan sistem ini dan membutuhkan waktu jangka panjang untuk proses eksekusinya.
Pemerintah perlu menyiapkan data, melakukan sinkronisasi data hingga menyiapkan mekanisme penyaluran. Sehingga, menurut dia, alasan inilah yang belum membuat pemerintah mengambil opsi ini.
"Apabila mau diberlakukan tahun ini akan sulit," ujar Abra.
Baca Juga: Itung-itungan Menko Luhut: Subsidi Satu Mobil Capai Rp19,2 Juta per Tahun dan Rp3,7 Juta per Motor
Sehingga Abra mengaku cukup lega dengan adanya solusi alternatif pembatasan pembelian BBM bersubsidi berbasis kendaraan melalui MyPertamina.
Untuk sementara, cara ini sangat mungkin dilakukan dalam jangka waktu singkat, karena berbasis kapasitas mesin kendaraan.
Abra berharap program yang mulai berjalan ini dapat mengendalikan distribusi subsidi yang sudah mendesak karena disparitas harga BBM subsidi dengan non subsidi yang semakin besar.
Saat ini, peralihan konsumen dari BBM non subsidi ke BBM subsidi sudah terjadi beberapa bulan terakhir. Pihaknya mencatat periode Maret- April 2022 terjadi peningkatan volume penjualan solar bersubsidi sebesar 7 persen. Lalu, pada periode yang sama volume penjualan pertalite meningkat sebesar 13,8 persen.
"Jadi, kedua produk ini membuktikan bahwa terjadi shifting konsumen dari non subsidi ke subsidi," ujar Abra.
Meski demikian, Abra juga mengingatkan masih adanya potensi ketidakefektifan dalam mengurangi kuota penjualan dari penerapan pengendalian BBM subsidi berbasis data kendaraan ini.
Berita Terkait
-
Pembatasan BBM Subsidi Ringankan Beban Fiskal APBN, Bantu Masyarakat Miskin
-
SPBU Kota Madiun Buka Layanan Bantuan Pendaftaran Program Subsidi Tepat BBM Bagi Warga Tanpa Akses Internet
-
Pengendalian Emisi Gas Buang Kendaraan di Balikpapan Didukung Pertamina
-
Kapan Beli LPG Pakai Aplikasi MyPertamina? Cek Jadwalnya!
-
Itung-itungan Menko Luhut: Subsidi Satu Mobil Capai Rp19,2 Juta per Tahun dan Rp3,7 Juta per Motor
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Paylater Melejit, OJK Ungkap NPL Produk BNPL Lebih Tinggi dari Kredit Bank
-
Harga Cabai Rawit Merah Mulai Turun, Dibanderol Rp 70.000 per Kg
-
Rupiah Melesat di Senin Pagi Menuju Level Rp 16.635
-
Emas Antam Harganya Lebih Mahal Rp 2.000 Jadi Rp 2.464.000 per Gram
-
Jadi Buat Kampung Haji, Danantara Beli Hotel di Makkah
-
IHSG Masih Menghijau Pagi Ini, Simak Saham-saham Cuan
-
Irjen Kementan Kawal Distribusi Bantuan Langsung dari Aceh: Kementan Perkuat Pengawasan
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah