Suara.com - Pandemi Covid-19 selain telah menginfeksi lebih dari 13 juta orang di seluruh dunia juga telah menyebabkan ekonomi berbagai negara runtuh dan berpontensi resesi. Siapa saja yang masuk daftar negara berpotensi resesi?
Resesi sendiri merupakan keadaan ketika suatu negara mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Setidaknya ada lima negara berpotensi resesi menurut penjelasan dari laman archyde.com.
Berikut ini adalah negara-negara yang secara resmi dinyatakan memasuki ambang resesi dari laman archyde.com. Berdasarkan daftar ini Indonesia tidak termasuk didalamnya.
Negara adidaya AS itu tidak berdaya melawan efek pandemi virus coroba setelah ekonomi berkontraksi atau minus 32,9 persen pada kuartal kedua 2020. Dengan kondisi ini negara Paman Sam resmi memasuki jurang resesi karena kuartal I-2020 tercatat tumbuh minus 5 persen.
Kondisi ini menempatkan AS ke dalam ekonomi terburuk sejak 1947. Kemerosotan ekonomi disebabkan oleh konsumsi rumah tangga yang turun 34,6 persen secara tahunan.
2. Jerman
Pemerintah Jerman mengumumkan Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman minus 10,1 persen. Jerman secara resmi memasuki resesi. Pasalnya, PDB Jerman terkontraksi 2,2 persen pada kuartal I-2020.
Badan Statistik Federal Jerman menyebut kontraksi dalam PDB sebagai yang terbesar dan lebih buruk daripada krisis keuangan 2008-2009. Upaya penanggulangan pandemi virus corona telah menurunkan perekonomian, khususnya di sektor ekspor dan impor.
Baca Juga: Sri Lanka Resesi, Nasib Ekonomi Indonesia Bagaimana?
3. Hong Kong
Hong Kong telah mengalami resesi ekonomi selama empat kuartal berturut-turut sejak 2019. Hong Kong telah jatuh lebih dalam ke dalam resesi pada kuartal kedua 2020, berkontraksi 9 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Tercatat pada kuartal III-2019, laju ekonomi Hong Kong minus 2,8 persen karena demonstrasi yang berlarut-larut. Pada kuartal IV-2019, ekonomi Hong Kong kembali turun minus 3 persen yang membuat Hong Kong resmi terpuruk dalam resesi.
Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan Hong Kong menghadapi jalan bergelombang menuju pemulihan ekonomi. Sebab, kasus baru virus corona di Hong Kong juga melonjak belakangan ini. Akibatnya, pemerintah Hong Kong kembali memberlakukan pembatasan sosial.
Korea Selatan juga tidak dapat lepas dari pukulan pandemi dan dinyatakan telah mengalami resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun karena penurunan ekspor. Bank of Korea mengumumkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan anjlok 3,3 persen pada kuartal kedua atau periode April-Juni dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang terkontraksi 1,3 persen.
Tag
Berita Terkait
-
Jerman Hadapi Krisis Energi Usai Pemutusan Pasokan Rusia, Pejabat Minta Warga Berhemat
-
Sri Lanka Resesi, Nasib Ekonomi Indonesia Bagaimana?
-
Investor Waspada Kenaikan Suku Bunga Picu Resesi, Pejabat The Fed Singgung Keputusan Mendadak
-
Industri Game Diprediksi Lesu Tahun Ini, Imbas Resesi hingga Perang Rusia
-
Ancaman Resesi Ekonomi, Harga Minyak Dunia Anjlok 9 Persen
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Hasan Nasbi Sebut Menkeu Purbaya Berbahaya, Bisa Lemahkan Pemerintah
-
5 Fakta Kemenangan 2-1 Real Madrid Atas Barcelona: 16 Gol Kylian Mbappe
-
Harga Emas Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Sentuh Rp 2,4 Juta di Pegadaian, Antam Nihil!
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
Terkini
-
Dari Jalan Cepat hingga Fashion Show, Begini Cara Seru Peserta BPJS Jaga Kesehatan
-
Sektor Produksi Jadi Penopang, BRI Salurkan KUR Rp130,2 Triliun hingga September 2025
-
Sama dengan Indonesia, Malaysia Kantongi Tarif 19 Persen dari Amerika Serikat
-
BPJS Kesehatan Luncurkan Gerak Sehat Prolanis: Dorong Masyarakat Aktif Cegah Penyakit Kronis
-
ASEAN dan China Upgrade FTA Versi 3.0, Hapus Hambatan Non-Tarif dan Buka Akses UMKM
-
Potensi EBT Melimpah, Pemerintah Sinkronisasi Aturan Soal Transisi Energi
-
Mau Lepas Ketagihan Impor LPG, Bahlil Mulai Proyek Hilirisasi Batu Bara Jadi DME pada 2026
-
Rupiah Dibuka Stagnan Pada Awal Pekan Ini
-
Ancaman Tarif AS Kian Nyata! BI Waspada, Aliran Modal Asing dari Emerging Market Terus Berfluktuasi
-
OJK Umumkan 5 Bank Telah Gulung Tikar