Suara.com - Pembahasan mengenai utang menjadi topik yang banyak dibicarakan selama beberapa waktu terakhir ini, tidak hanya di Indonesia tapi juga terjadi di seluruh dunia.
Isu mengenai global debt (utang global) mulai muncul pada tahun 2016-2017, serta sudah ada beberapa pemikiran tentang penanganan global debt yang membesar setelah terjadinya loose money policy setelah krisis 2008-2009 lalu.
Hal tersebut dikatakan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara saat berbicara pada Seminar INDEF yang juga merupakan Side Event G20 dengan tema 'Advancing Debt and Economic Justice Through G20 Dialogue.' Ia mengatakan, pada Forum G20 terdapat pembicaraan mengenai common framework untuk pengelolaan utang global.
“Salah satu poin yang sangat penting adalah memastikan bahwa kita membaca data yang sama mengenai kondisi utang dunia. Jadi common framework untuk penanganan utang di tingkat dunia ini akan kita lakukan kedepan di dalam konteks G20,” ujar Suahasil secara daring, Kamis (14/7/2022).
Dia melanjutkan, Indonesia akan mampu memberikan kontribusi yang solid karena bisa memberikan berbagai macam pengalamannya dalam pengelolaan utang dan keberhasilannya untuk penyelesaian permasalahan kondisi ekonomi akibat Covid-19.
Kepemimpinan Indonesia dalam Presidensi G20 akan terus mendorong dialog yang efektif untuk membahas agenda global berdasarkan spirit of multilateralism untuk menghasilkan concrete actions dalam menangani berbagai masalah dunia, melalui berbagai capaian deliverables dalam Finance Track G20.
Untuk mengupayakan solusi terhadap krisis yang sedang terjadi saat ini, Presidensi Indonesia mendorong dialog yang efektif untuk menghasilkan concrete steps dalam memitigasi dampak dari krisis geopolitik (krisis pangan, energi, keuangan).
Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Presidensi Indonesia mendorong pembahasan masalah bersama dunia berdasarkan spirit of multilateralism, sebagaimana nilai dan semangat yang dibangun saat forum G20 dibentuk.
Selain krisis akibat pandemi dan geopolitik, dunia juga tengah menghadapi masalah global yang lainnya (global public bads), seperti dampak perubahan iklim dan dampak kerentanan utang dari negara miskin/berkembang.
Baca Juga: Wamenkeu: APBN Harus Kembali Sehat usai 'Sakit' Akibat Pandemi Covid-19
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
Terkini
-
Neo Pinjam: Bunga, Biaya Admin, Syarat, Tenor, Kelebihan dan Kekurangan
-
Sertifikat Tanah Ganda Paling Banyak Keluaran 1961 Hingga 1997, Apa Solusinya?
-
Optimalkan Nilai Tambah dan Manfaat, MIND ID Perkuat Tata Kelola Produksi serta Penjualan
-
Kasus Sertifikat Tanah Ganda Merajalela, Menteri Nusron Ungkap Penyebabnya
-
3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
-
MEDC Mau Ekspor Listrik ke Singapura
-
BRI Peduli Salurkan 637 Ambulans Lewat Program TJSL
-
Tidak Semua Honorer, Hanya Tiga Kriteria Ini Berhak Diangkat Jadi PPPK Paruh Waktu
-
Prediksi Harga Emas Pekan Depan: Was-was RUU Trump, Emas Lokal Bakal Ikut Melemah?
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal