Suara.com - PT PLN (Persero) menyebut, butuh upaya ekstra, termasuk biaya besar untuk pemerintah jika ingin memensiunkan penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara dan bertransisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT).
“Kita oke early retirement tapi secara ekonomi, dampaknya siapa yang menyerap?,” kata Vice President of Financial Institution and Market Research PT PLN (Persero) Maya Rani Puspita dalam Task Force 8 T20 2022 di Jakarta, Kamis (21/7/2022).
Ia menjelaskan, tantangan ini lantaran PLN telah membangun pembangkit yang dirancang beroperasi selama 30 tahun, namun saat baru 10 tahun beroperasi ternyata harus dipensiunkan.
Memensiunkan pembangkit energi yang beroperasi mengakibatkan adanya tambahan biaya yang harus ditanggung.
“Di sini masih ada biaya-biaya depresiasi yang belum terjadi. Kalau kita tidak bisa menjual maka dari mana kita bisa me-recover biaya tersebut?,” ujar Maya.
Tantangan ini diakuinya sudah kerap jadi pembahasan diskusi Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, dan Kementerian Keuangan, karena harus ada pihak yang menyerap atau menggantikan tambahan biaya itu.
Menurut dia, PLN tidak mungkin menaikkan tarif listrik ke pelanggan untuk menutup kebutuhan biaya karena akan mempengaruhi masyarakat secara langsung.
Sementara, jika pemerintah yang menanggung kebutuhan tambahan biaya secara keseluruhan maka PLN juga harus memastikan besaran biaya yang akan ditanggung.
“Ini saat ini masih dalam pembahasan secara intens,” tegas Maya.
Baca Juga: PLN Jamin Tak Ada Gangguan Pasokan Listrik Saat Gelaran Asean Para Games 2022
Selain itu, Maya mengatakan PLN saat ini juga terus melakukan koordinasi dengan berbagai lembaga keuangan agar mereka mau mendukung transisi energi di Indonesia.
Upaya itu bersamaan dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030 ditargetkan untuk menerapkan bauran energi atau fuel mix pada 2025.
PLN memiliki tugas untuk melakukan bauran energi pada 2025 yaitu sebanyak 23 persen berasal dari energi terbarukan sehingga harus ada penambahan pembangkit berbasis renewable energy.
“Apa kita harus menambah renewable energy? Padahal sekarang secara suplai kita over. Ini perlu balancing karena perlu ada trade-off bagaimana menuju net zero emission dengan besarnya biaya yang ditanggung PLN,” jelas Maya.
Tag
Berita Terkait
-
Bukti Negara Hadir, Program TJSL PLN Sukses Perkuat Ekonomi Desa Wisata Tani Betet
-
Desa Wisata Tani Betet Semakin Menggeliat Berkat Program TJSL PLN
-
Percepat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Hadirkan 2 SPKLU di Kantor BNI
-
Rasakan Hematnya Pakai Mobil Listrik, Fitra Eri: Isi Daya Rp70 Ribu Bisa Tempuh Jarak 300 Km
-
PLN Jamin Tak Ada Gangguan Pasokan Listrik Saat Gelaran Asean Para Games 2022
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Fenomena Flying Stock COIN: Adik Prabowo Masuk, Saham Sudah Terbang 3.990 Persen Pasca IPO
-
Dari Industri Kripto untuk Negeri: Kolaborasi Kemanusiaan Bantu Korban Banjir Sumatera
-
Lama Tak Ada Kabar, Sri Mulyani Ternyata Punya Pekerjaan Baru di Luar Negeri
-
Waspada BBM Langka, ESDM Singgung Tambahan Kuota Shell, Vivo, BP-AKR 2026
-
Daftar Pemegang Saham Superbank (SUPA), Ada Raksasa Singapura dan Grup Konglo
-
COIN Siap Perkuat Transparansi dan Tata Kelola Industri Kripto Usai Arsari jadi Investor Strategis
-
Alasan Arsari Group Pegang Saham COIN
-
Survei: Skincare Ditinggalkan, Konsumen Kini Fokus ke Produk Kesehatan
-
IHSG Rebound Balik ke 8.700, Cek Saham-saham yang Cuan
-
Mendag Pastikan Negosiasi Tarif dengan AS Masih Berjalan