Adapun di talkshow tentang Digital Transformatiom, forum Y20 menghadirkan salah satu Tokopedia seller, Tissa Aunila sebagai Co-Founder Pipiltin Cocoa, produsen coklat yang berbasis di Jakarta. Tissa bercerita tentang bisnisnya yang sempat terhantam pandemi sehingga tergerus 60% omzetnya karena masih fokus jualan offline.
Beruntung dirinya mampu segera bangkit karena kecepatan beralih ke penjualan daring. Langkah cepat pergeseran itu, kata dia, dimulai dengan berjualan di Tokopedia yang merupakan e-commerce terbesar di Indonesia.
”Kami belajar dan di Tokopedia kami bisa memperluas pasar kami. Saat ini penjualan kami justru meningkat lebih banyak 50% dibandingkan sebelum pandemi. Tentu saja karena melakukan transformasi digital,” terusnya.
Pada forum yang sama, Wakil Menteri BUMN I, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan besarnya manfaat kehadiran platform digital juga disadari pemerintah terutama dalam rangka mendorong perekonomian Indonesia yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Salah satu caranya adalah dengan menghitung kontribusi sektor informal terhadap ekonomi negara.
”Saat ini saya rasa menjadi kesempatan yang baik untuk pekerja informal itu diakui. Penggunaan aplikasi dan teknologi digital dalam konteks ini bisa memasukkan pekerja informal menjadi formal,” ungkapnya.
Pahala mencontohkan kehadiran Gojek yang menawarkan solusi melalui aplikasi digital sehingga menciptakan nilai tambah ekonomi baru. Riset dari Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) pada 2021 memperkirakan, kontribusi Gojek yang merupakan bagian dari ekosistem GOTO terhadap ekonomi Indonesia mencapai Rp 249 triliun atau 1,6% terhadap PDB.
Adapun para mitra Gojek baik mitra driver maupun merchant masih termasuk kategori pekerja informal.
”Gojek misalnya, itu aplikasi yang memungkinkan banyak sekali UMKM di Indonesia bisa menjadi bagian dari ekonomi formal,” ujar Pahala.
Pahala meyakini cara ini menjadi salah satu jalan bagi banyak negara termasuk Indonesia memecahkan masalah gap yang terjadi selama ini karena kesulitan menghitung kontribusi sektor informal terhadap perekonomian. Padahal ketika berhasil dihitung, manfaatnya sangat besar.
Baca Juga: Bermodal Rp 500 Ribu, Imelda Widjaja Jual Perhiasan dari Bali ke Luar Negeri
”Ada banyak bukti bahwa dengan memastikan agar kita bisa menghitung pekerja informal menjadi pekerja formal, ada kemungkinan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) bisa naik 2 sampai 5 persen dan itu adalah angka yang luar biasa,” tegasnya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
Prudential Syariah Bayarkan Klaim dan Manfaat Rp1,5 Triliun Hingga Kuartal III 2025
-
Rupiah Melemah, Sentimen Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Pemberat
-
Daftar Pinjol Berizin Resmi OJK: Update November 2025
-
Survei: BI Bakal Tahan Suku Bunga di 4,75 Persen, Siapkan Kejutan di Desember
-
Berapa Uang yang Dibutuhkan untuk Capai Financial Freedom? Begini Trik Menghitungnya
-
Tiru Negara ASEAN, Kemenkeu Bidik Tarif Cukai Minuman Manis Rp1.700/Liter
-
Pemerintah Bidik Pemasukan Tambahan Rp2 Triliun dari Bea Keluar Emas Batangan di 2026
-
BRI Dukung PRABU Expo 2025, Dorong Transformasi Teknologi bagi UMKM Naik Kelas
-
Bunga KUR Resmi Flat 6 Persen dan Batas Pengajuan Dihapus
-
Finex Rayakan 13 Tahun Berkarya