Suara.com - Usai pandemi Covid-19, konflik Rusia-Ukraina dan Climate Change, kini dunia menghadapi tantangan krisis pangan global. Pemerintah tentunya tak tinggal diam dan menyiapkan berbagai strategi dan bersinergi dengan DPR untuk menangani krisis pangan global.
“Salah satu upaya Kementerian Pertanian khususnya kesiapan Sub Sektor Perkebunan dalam menghadapi dampak krisis pangan, yaitu pengembangan seluas 255.150 ha untuk komoditas Sagu, Tebu, Stevia, Kelapa dan Aren,” ujar Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian pada Focus Group Discussion (FGD) di Hotel Mulia, baru-baru ini.
Andi Nur menambahkan, Upaya Kementan dalam menghadapi krisis pangan antara lain swasembada gula konsumsi 2024, melalui Bongkar Ratoon, dengan pemberian bantuan berupa komponen bibit, pupuk, dan obat-obatan dan Rawat Ratoon, dengan pemberian bantuan berupa komponen pupuk, dan obat-obatan.
Selain itu, swasembada gula konsumsi dapat dipenuhi melalui beberapa strategi seperti impor (gula mentah/raw sugar), diversifikasi gula non tebu (stevia, aren, kelapa, dan lainnya) dan pemanis buatan (kimia). Ditjen Perkebunan mendorong diversifikasi gula non tebu sebagai alternatifnya.
“Program Kementerian Pertanian khususnya program Ditjen Perkebunan (Ditjenbun) dapat menjawab tantangan krisis pangan global, salah satunya Sagu untuk Indonesia (Sagunesia), dimana Pengembangan sagu diarahkan untuk kemandirian pangan lokal (tepung), Pengembangan tepung sagu sebagai substitusi impor, Pengembangan gula cair untuk kemandirian lokal, dan Pengembangan sagu untuk energi terbarukan (Bioetanol). Dimana sebaran potensi areal sagu nasional seluas 5.5 juta ha di beberapa wilayah,” katanya.
Andi Nur menjelaskan, Untuk lokasi pengembangan komoditas sagu dilaksanakan di provinsi Riau (Kab Kepulauan Meranti), Sulawesi Selatan (Kab Luwu dan Kab Luwu Utara) dan Papua Barat (Kab Sorong Selatan), sedangkan untuk komoditas stevia pada provinsi Sumatera Utara (Kab. Humbang Hasundutan) dan Sulawesi Utara (Kab. Minahasa Utara), lalu untuk komoditas aren di provinsi Banten (Kab. Lebak dan Kab. Pandeglang).
Adapun 3 Strategi menuju kondisi ideal antara lain Pertama, Peningkatan Produktivitas untuk jangka pendek melalui Intensifikasi yaitu bantuan Pupuk dan saprodi lainnya, sedangkan jangka panjang (TR dan TTM) yaitu penyediaan varietas unggul untuk peremajaan dan perluasan dengan melalui nursery dan penyediaan benih kerjasama dengan BPTP.
Kedua, Peningkatan Kapasitas Produksi melalui Ekstensifikasi dengan penyediaan varietas unggul dan saprodi lainnya, sedangkan yang ketiga, Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing melalui Pengembangan Ekosistem Perkebunan dan Informasi pasar serta market intelegence, Penerapan GAP dan GMP, serta penyediaan alat pasca panen dan pengolahan.
Andi Nur menambahkan, Upaya pemerintah dalam pengembangan perkebunan nasional antara lain dengan logistik benih dan pengembangan kawasan melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi untuk meningkatkan produksi komoditas (program jangka panjang) kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, cengkeh, teh, vanili, dan kayu manis.
Baca Juga: Minimnya Startup Sektor Pangan, Jokowi: di Sini Ada Peluangnya Semua
Selain itu, Lanjut Andi Nur, juga dilakukan pengembangan kawasan melalui Intensifikasi (program jangka pendek) untuk meningkatkan produksi kopi, kakao, karet, lada, pala dan cengkeh. Sedangkan untuk peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui penyediaan alat pasca panen dan pengolahan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas kopi, karet, kelapa, kakao, pinang, kayu manis, dan nilam. Untuk skema pembiayaan tidak hanya mengandalkan APBN/APBD, namun juga melalui pemanfaatan KUR dan CSR serta investasi.
Komisi IV DPR RI merespon baik upaya-upaya Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan untuk menghadapi krisis pangan, mendorong dan akan bersama-sama mengawal Ditjenbun untuk melaksanakan program-program unggulannya.
Komisi IV menyampaikan agar Ditjenbun juga melakukan kajian/study dan evaluasi kegiatan apa yang tepat sasaran sehingga dapat mengungkit peningkatan produksi dan produktivitas komoditas Perkebunan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Motor Matic Paling Nyaman Buat Touring di 2026: Badan Anti Pegal, Pas Buat Bapak-bapak
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- 3 Pilihan Mobil Bekas Rp60 Jutaan: Irit BBM, Nyaman untuk Perjalanan Luar Kota
Pilihan
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
-
Dampingi Presiden, Bahlil Ungkap BBM hingga Listrik di Sumbar Tertangani Pasca-Bencana
-
UPDATE Klasemen SEA Games 2025: Indonesia Selangkah Lagi Kunci Runner-up
-
6 Mobil Bekas Paling Cocok untuk Wanita: Lincah, Irit, dan Punya Bagasi Cukup
Terkini
-
PGN dan Dart Energy Teken Perjanjian Jual-Beli Gas Metana Batubara
-
Kemenhub Proyeksikan 119,5 Juta Orang Wara-wiri pada Nataru
-
Bongkar Strategi BUMN Migas Jaga Kepercayaan Investor Asing
-
Usai Ancam Bekukan Bea Cukai, Purbaya: Sekarang Lebih Aktif Razia, Hampir Sulit Disogok
-
Merger BUMN Karya Belum Rampung, Targetnya Mundur di 2026
-
MORA Resmi Merger dengan MyRepublic, Sinar Mas Ambil Kendali
-
Purbaya Klaim Coretax Siap Pakai, 60 Ribu Orang Sukses Login Bersamaan
-
Panel Surya Buatan Batam Diekspor ke AS, Raup 20,7 Juta Dolar
-
Purbaya Sebut Dana SAL Rp 200 Triliun Sukses Turunkan Suku Bunga, Ini Buktinya
-
Redakan Panik, Pertamina Distribusikan 20.000 Tabung LPG 3 kg di Aceh