Suara.com - Harga minyak dunia kembali turun untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Rabu, didorong kekhawatiran tentang permintaan, penguatan dolar dan ekspektasi untuk lebih banyak kenaikan suku bunga oleh bank sentral utama.
Mengutip CNBC, Kamis (13/10/2022) minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, ditutup merosot USD1,84, atau 2 persen menjadi USD92,45 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, melorot USD2,08, atau 2,3 persen menjadi USD87,27 per barel.
Baik OPEC dan Departemen Energi Amerika memangkas prospek permintaan mereka. Pekan lalu, bersama dengan sekutunya, termasuk Rusia, OPEC mendorong harga melesat ketika sepakat untuk memotong pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph).
Rabu, Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) memangkas prospek pertumbuhan permintaan tahun ini antara 460.000 bph dan 2,64 juta bph, mengutip peningkatan langkah-langkah untuk menahan penyebaran Covid-19 China dan inflasi yang tinggi.
"Ekonomi dunia memasuki masa ketidakpastian yang tinggi dan tantangan yang meningkat," kata OPEC dalam laporan bulanannya.
Departemen Energi AS menurunkan ekspektasi untuk produksi dan permintaan di Amerika Serikat dan secara global. Sekarang hanya melihat peningkatan 0,9 persen dalam konsumsi AS pada 2023, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 1,7 persen.
Di seluruh dunia, departemen itu memperkirakan konsumsi naik hanya 1,5 persen, turun dari ekspektasi sebelumnya untuk pertumbuhan 2 persen.
"Kita tidak memperdagangkan perlambatan ekonomi - ini ketakutan akan perlambatan di masa mendatang," kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
Baca Juga: Harga Minyak Turun Dampak Kekhawatiran Resesi Global dan COVID-19 di China
Pasar energi juga berada di bawah tekanan dari dolar, yang menguat terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti yen. Komitmen Federal Reserve untuk terus menaikkan suku bunga guna membendung inflasi yang tinggi mendorong imbal hasil, membuat dolar AS lebih menarik bagi investor asing.
Presiden Fed Minneapolis, Neel Kashkari, Rabu, mengatakan bank sentral akan tetap pada jalurnya saat ini karena belum melihat banyak bukti bahwa inflasi belum melemah.
Inflasi tingkat produsen Amerika mengipasi kekhawatiran, Rabu, ketika harga grosir naik lebih dari yang diantisipasi. Apresiasi dolar membuat komoditas berdenominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani minyak serta aset berisiko lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Sepatu Lokal Senyaman On Cloud Ori, Harga Lebih Terjangkau
- 5 Body Lotion Niacinamide untuk Cerahkan Kulit, Harganya Ramah Kantong Ibu Rumah Tangga
- Menguak PT Minas Pagai Lumber, Jejak Keluarga Cendana dan Konsesi Raksasa di Balik Kayu Terdampar
- 5 HP Murah Terbaik 2025 Rekomendasi David GadgetIn: Chip Mumpuni, Kamera Bagus
- 55 Kode Redeem FF Terbaru 9 Desember: Ada Ribuan Diamond, Item Winterlands, dan Woof Bundle
Pilihan
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
-
OJK: Kecurangan di Industri Keuangan Semakin Canggih
-
PT Tusam Hutani Lestari Punya Siapa? Menguasai Lahan Hutan Aceh Sejak Era Soeharto
-
Harga Minyak Melonjak: AS Sita Kapal Tanker di Lepas Pantai Venezuela
Terkini
-
Diresmikan Prabowo, Jembatan Ini Habiskan 10 Ribu Ton Semen
-
Akhir Tahun jadi Berkah Buat Industri Logistik
-
IHSG Turun Dibayangi The Fed, Ini Analisis Rekomendasi Saham Trading Jumat 12 Desember
-
CPNS 2026 Diutamakan untuk Fresh Graduate, Menpan-RB Ungkap Alasannya
-
Ancam Rumahkan 16 Ribu Pegawai Bea Cukai, Purbaya Sebut Perintah dari 'Bos Atas'
-
SHIP Tambah 1 Armada VLGC Perluas Pasar Pelayaran Migas Internasional
-
Mentan Amran Pastikan Pemerintah Tangani Penuh Pemulihan Lahan Pertanian Puso Akibat Bencana
-
Strategi Asabri Hindari Fraud dalam Pengelolaan Dana Pensiun
-
Bisnis Properti di Negara Tetangga Tertekan, Fenomena Pajak Bisa Jadi Pelajaran
-
Manuver Purbaya Tarik Bea Keluar Emas, Ini Efeknya Versi Ekonom UI