Suara.com - Harga minyak dunia kembali melesat pada perdagangan hari Rabu, karena kehati-hatian atas pengetatan pasokan mengimbangi dampak negatif dari permintaan yang tidak pasti.
Selain itu rencana Amerika Serikat (AS) yang akan melepaskan lebih banyak minyak mentah dari cadangannya juga menguntungkan harga minyak.
Mengutip CNBC, Kamis (20/10/2022) minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Desember, patokan internasional, ditutup melonjak USD2,38, atau 2,6 persen menjadi USD92,41 per barel.
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman November, yang berakhir Kamis, melambung USD2,73 atau 3,3 persen menjadi USD85,55 per barel.
"Secara realistis, pelepasan SPR adalah bearish jangka pendek, bullish jangka panjang karena pada akhirnya Amerika harus membelinya kembali," kata Gary Cunningham, Direktur Tradition Energy.
Pada sesi sebelumnya, minyak mentah berjangka mencapai level terendah dua minggu setelah Presiden AS Joe Biden mengatakan dia berencana untuk melepaskan 15 juta barel minyak dari Strategic Petroleum Reserve (SPR).
Biden, dalam pernyataannya, Rabu, mencatat rencana AS untuk membeli kembali minyak untuk cadangan tersebut jika harga turun. Pelepasan cadangan tersebut akan menjadi penjualan terakhir dari rencana penjualan 180 juta barel minyak yang diumumkan tak lama setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari.
Harga minyak menguat sejak OPEC setuju untuk mengurangi target produksinya sekitar 2 juta barel per hari - meski itu diperkirakan hanya mencakup sekitar 1 juta barel dari penurunan output aktual.
"Mereka menginginkan Brent sekitar USD90, jadi mereka bakal mendapatkannya dan akan terus memangkas output untuk mempertahankan angka itu," kata Cunningham.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Melorot, WTI Anjlok ke Level USD82/Barel
Persediaan minyak mentah Amerika di luar dugaan turun minggu lalu - menyusut 1,7 juta barel, menurut data mingguan pemerintah, dibandingkan ekspektasi untuk peningkatan 1,4 juta barel. Level SPR berkurang 3,6 juta barel menjadi 405 juta, tingkat terendah sejak Mei 1984.
Larangan Uni Eropa yang tertunda pada minyak mentah dan produk minyak Rusia serta pengurangan output dari Organisasi Negara Eksportir Minyak dan produsen lain termasuk Rusia, kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, sebesar 2 juta barel per hari juga mendukung harga.
Sanksi Uni Eropa terhadap minyak mentah Rusia mulai berlaku pada Desember, dan sanksi terhadap produk minyaknya berlaku Februari.
Berita Terkait
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
Pilihan
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
Terkini
-
Ignasius Jonan 2 Jam Bertemu Prabowo, Bahas Proyek Kereta Cepat Bareng AHY?
-
Jadwal Pembagian Dividen AVIA, Tembus Rp 600 Miliar untuk Pemegang Saham
-
BRI Peduli dan YBM BRILian Salurkan Bantuan Tanggap Darurat Banjir Sukabumi
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
-
Menkeu Purbaya Optimis Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tembus 5,5 Persen
-
Produsen Vaksin Global Bakal Gunakan AI Demi Hadapi Pandemi Berikutnya
-
Suara dari Timur: Mengenang Ajoeba Wartabone dan Api Persatuan Indonesia
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi