Suara.com - Berdasarkan data yang dirilis Komisi Kesehatan Nasional China (HNC), total 59.938 warga setempat tewas saat terjadinya puncak lonjakan COVID-19 dari 8 Desember 2022 hingga 12 Januari 2023.
Pejabat NHC, Jiao Yahui pada Sabtu (14/1/2023) lalu mengatakan, pihaknya mengklasifikasi kasus kematian akibat positif COVID-19 berdasarkan hasil tes PCR sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Ia menjelaskan, rata-rata usia yang meninggal akibat COVID-19 pada periode tersebut adalah 80,3 tahun. Lebih dari 90 persen pasien COVID-19 yang meninggal juga menderita menderita penyakit bawaan.
Lebih jauh, ia menyebut, penyebab kematian COVID-19 ada dua, infeksi virus corona yang menyebabkan kegagalan pernapasan atau penyakit bawaan yang berinteraksi dengan virus corona.
"Di antara 59.938 kematian akibat COVID-19 itu, sebanyak 5.503 kasus karena kegagalan saluran pernapasan akibat serangan virus tersebut, dan 54.435 kasus dibarengi dengan penyakit bawaan," sebut NHC.
Ia juga menyebut, musim dingin di China yang memicu interaksi penyakit saluran pernapasan dan penyakit lainnya berpengaruh terhadap lansia sehingga sebagian besar kalangan tersebut menjadi korban gelombang terkini kasus COVID-19.
"Hal ini memperingatkan kami agar lebih fokus pada pasien lansia dan kami akan melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa warga," ujar dia.
Pihaknya saat ini sudah membentuk platform pelaporan yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menganalisis kematian terkait COVID-19 secara ilmiah dan berbasis fakta. Platform tersebut mulai digunakan pada 31 Desember 2022.
Saat ini, institusi medis di seluruh pelosok China diminta untuk mengumpulkan dan melaporkan informasi tentang kematian yang tercatat antara tanggal 8 hingga 29 Desember.
Baca Juga: Kejari segera Tetapkan Tersangka Korupsi Covid-19 di Purwakarta, AB Anne Ratna Tersangkut?
Butuh beberapa waktu bagi para ahli untuk menganalisis sebagian besar data dalam menyajikan laporan berbasis sains yang objektif tentang jumlah kematian akibat COVID-19, demikian Jiao.
Lonjakan kasus COVID-19 yang mulai terjadi pada Desember 2022 bersamaan dengan kebijakan otoritas setempat yang melonggarkan protokol kesehatan. Pada bulan itu pula NHC memutuskan tidak lagi mempublikasikan data harian COVID-19.
Pada 8 Januari 2023, China membebaskan warganya bepergian ke luar negeri. Beberapa negara di Eropa ditambah Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia mewajibkan warga China menunjukkan hasil tes negatif PCR sebelum keberangkatan lantaran China dituduh tidak transparan terkait data COVID-19 terbaru.
China menganggap kebijakan negara-negara tersebut diskriminatif yang diikuti tindakan balasan dengan tidak memberikan visa kepada warga negara Korsel dan Jepang.
Beberapa media juga melaporkan pemandangan tempat-tempat kreamatorium, khususnya di Beijing dan Shanghai yang kewalahan menerima jenazah para pasien COVID-19.
Berita Terkait
-
5 Negara yang Berhasil Kirim Wakil ke Babak Final Malaysia Open 2023
-
CEK FAKTA: Ribuan WNA China Diberi E-KTP Buat Pemilu 2024, Imam Masjid sampai Geleng-geleng, Benarkah?
-
4 Fakta Menarik Tentang Barongsai yang Jarang Diketahui
-
Sakura LE SSERAFIM Positif COVID-19
-
Kejari segera Tetapkan Tersangka Korupsi Covid-19 di Purwakarta, AB Anne Ratna Tersangkut?
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
Pilihan
-
Jaminan Laga Seru! Ini Link Live Streaming Bayern Munchen vs Chelsea
-
Kendal Tornado FC vs Persela Lamongan, Manajemen Jual 3.000 Tiket
-
6 Rekomendasi HP Murah Rp 3 Jutaan dengan Kamera Terbaik September 2025
-
Wakil Erick Thohir Disebut jadi Kandidat Kuat Menteri BUMN
-
Kursi Menteri BUMN Kosong, Siapa Pengganti Erick Thohir?
Terkini
-
Bukti Nyata Kekuatan Emas: Investasi Sejak Tahun 1987, dari Ratusan Ribu Jadi Puluhan Juta Rupiah
-
Kuota Impor, SPBU Swasta, dan Konsistensi Kebijakan
-
Pekerjaan M. Qodari Sebelum Jabat KSP, Hartanya Tembus Rp 260 Miliar
-
Kabar Gembira untuk UMKM! Pajak Final 0,5 Persen Diperpanjang Hingga 2029, Beban Usaha Makin Ringan!
-
Bos BI Senang Pemerintah Guyur Dana Rp 200 Triliun ke Bank, Likuiditas Luber
-
Penyaluran Kredit Meski Gacor Demi Pertumbuhan Ekonomi Konsisten di 5 Persen
-
Bos Danantara Bakal Guyur Lagi KUR Perumahan Hingga Rp 250 Triliun
-
Bukan Reshuffle Kabinet, Ini Pendorong IHSG Bisa Tembus Level 8.000
-
Pertamina Patra Niaga Regional JBB Raih 63 Penghargaan di Ajang ENSIA 2025
-
Rosan Roeslani Disebut Bakal Jadi Menteri BUMN, Dilebur dengan Danantara?