Suara.com - Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi laporannya terkait kondisi ekonomi global, dalam perkiraan terbarunya lembaga tersebut menyebut bahwa kondisi ekonomi tidak sesuram yang dibayangkan.
Meski demikian IMF menyebut perekonomian global akan melemah tahun ini karena kenaikan suku bunga dan perang Rusia di Ukraina terus membebani aktivitas. Tetapi para ekonom lebih optimis dari pada beberapa bulan yang lalu.
Mengutip CNN, Selasa (31/1/2023) IMF mengatakan pada hari Senin bahwa pertumbuhan global sekarang diperkirakan akan melambat dari 3,4% pada tahun 2022 menjadi 2,9% pada tahun 2023. Itu naik dari perkiraan sebesar 2,7% pada bulan Oktober.
Peningkatan dalam prospek mencerminkan pembukaan kembali tiba-tiba China, yang menurut IMF membuka jalan untuk pemulihan aktivitas yang cepat.
"Prospeknya tidak sesuram prediksi Oktober kami, dan bisa menjadi titik balik, dengan pertumbuhan mencapai titik terendah dan inflasi menurun," tulis Pierre-Olivier Gourinchas, direktur riset IMF, dalam posting blog.
IMF menekankan bahwa pertumbuhan tahun ini akan tetap lemah menurut standar historis. Antara tahun 2000 dan 2019, rata-rata tahunan adalah 3,8%.
Bank-bank sentral perlu melanjutkan kampanye agresif mereka untuk mengurangi inflasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun, yang akan mengakibatkan perlambatan aktivitas ekonomi. Diperkirakan bahwa sembilan dari sepuluh negara ekonomi maju kemungkinan akan melambat.
Di Amerika Serikat, pertumbuhan diperkirakan akan melambat dari 2% pada tahun 2022 menjadi 1,4% pada tahun 2023. Eropa, yang ekonominya terbukti sangat kuat meskipun mengalami krisis energi di kawasan itu, sebagian karena musim dingin yang sejuk sejauh ini diperkirakan akan mengalami pertumbuhan di antara 20 negara yang menggunakan penurunan euro dari 3,5% menjadi 0,7%.
Sementara Inggris diperkirakan akan mengalami kontraksi sebesar 0,6%. Ini satu-satunya ekonomi Kelompok Tujuh yang diproyeksikan menyusut tahun ini.
Baca Juga: Gelombang PHK Belum Reda, OLX Indonesia Pangkas Ratusan Karyawannya
Namun, IMF melihat beberapa perbaikan prospek. Alasan utamanya adalah China.
Beijing mengakhiri kebijakan "nol Covid" yang ketat akhir tahun lalu, membuka kembali perbatasannya dan menjauh dari kebijakan karantina dan pengujian yang keras yang telah menahan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu. Ekspansi 3% pada tahun 2022 adalah salah satu kinerja terburuk negara itu dalam beberapa dekade.
IMF sekarang memperkirakan pertumbuhan di China akan pulih menjadi 5,2% tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
Tren inflasi juga menjanjikan. IMF mencatat sejumlah negara di dunia telah menunjukan tren penurunan inflasi.
Inflasi global diperkirakan oleh IMF turun dari 8,8% pada 2022 menjadi 6,6% pada 2023 dan 4,3% pada 2024. Sebelum pandemi, inflasi mendekati 3,5%.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Usai Ratas dengan Prabowo, Menkeu Purbaya: Ekonomi Akan Tumbuh Lebih Cepat
-
Cek Fakta: Benarkah Ada PHK Massal di PT Gudang Garam?
-
Saham Perbankan Rontok Setelah Sri Mulyani Dicopot, OJK Minta Investor Tidak Panik
-
Rahasia Saldo DANA Kaget untuk Kamu, Klaim 3 Link Aktif Ini Sebelum Kehabisan
-
Gaji DPR Turun Drastis, Dasco: Beban Negara Berkurang, Legislator Bekerja Lebih Baik
-
Pelaksana Ketua LPS Segera Diumumkan, Gantikan Purbaya Yudhi Sadewa
-
Apa Itu Scalper? Strategi Andalan Yudo Sadewo Anak Menkeu di Dunia Kripto, Punya Kesan Negatif
-
Adu Aset Properti Menkeu Purbaya vs Sri Mulyani, Keduanya Tersebar di Berbagai Kota
-
Apa Itu NJOP? Pengertian, Fungsi dan Cara Menghitungnya
-
IHSG Merosot 1,78 Persen, Reshuffle Kabinet Bikin Investor Waspada