Suara.com - Harga emas stabil di dekat level tertinggi sembilan bulan pada hari Rabu karena kekhawatiran akan resesi yang menjulang membuat permintaan safe haven meningkat.
Harga emas naik melewati penurunan di pasar saham, karena permintaan safe haven untuk logam melampaui dolar di tengah meningkatnya harapan bahwa Federal Reserve akan memperlambat laju kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Emas telah melemah sejak pertengahan Desember di tengah meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS yang lebih kecil, karena pertumbuhan ekonomi dan inflasi mereda di negara tersebut. Harga juga diperdagangkan sekitar $140 di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada tahun 2020.
Kerugian baru-baru ini di Wall Street, menyusul rentetan pendapatan perusahaan yang lemah, juga menimbulkan kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi, yang pada gilirannya mendorong permintaan emas. Harga emas batangan juga jauh mengungguli logam mulia lainnya sepanjang tahun ini. Emas naik sekitar 6%, sementara perak dan platinum masing-masing turun lebih dari 1%.
Reli logam kuning sebagian besar dipicu oleh data yang menunjukkan bahwa inflasi AS turun lebih dari yang diharapkan selama beberapa bulan terakhir, yang kemungkinan akan mengundang kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Fed. Pasar secara luas menghargai kenaikan 25 basis poin oleh Fed pada bulan Februari, dan potensi jeda dalam siklus kenaikan bank sentral dalam beberapa bulan mendatang.
"Tampaknya tidak adanya komentar hawkish Fed dari periode blackout saat ini telah menghilangkan kunci sentimen risiko untuk saat ini, memberikan beberapa daya tarik baru kembali ke pertumbuhan dan akan berdampak terhadap emas,” kata Gema Merdeka Goeyardi President and Founder at Astronacci Aviatio dalam sebuah catatan dikutip CNBC, Kamis (26/1/2023).
Investor sedang menunggu untuk melihat.” Apakah Federal Reserve AS akan bereaksi terhadap kejutan penurunan inflasi dan pertumbuhan baru-baru ini, ketika bertemu minggu depan,” Gema Merdeka menambahkan.
Fokus minggu ini adalah pada data PDB kuartal keempat AS yang dirilis hari kamis, untuk mengukur seberapa banyak pertumbuhan melambat menjelang akhir tahun 2022, terutama karena dampak kenaikan suku bunga yang tajam dan inflasi yang relatif lebih tinggi mulai terasa.
Apalagi di tengah ekspektasi pemulihan tajam permintaan China tahun ini, karena negara itu bangkit kembali dari tiga tahun pembatasan COVID-19.
Baca Juga: Ekspor Bijih Tembaga Bakal Dilarang Jokowi, Bahlil: Kalau Bos Bilang Larang Ya Larang!
Namun, pasar juga semakin tidak pasti atas waktu pemulihan ekonomi China tahun ini. Sementara negara mengurangi sebagian besar pembatasan anti-COVID, itu juga bergulat dengan wabah COVID-19 yang terburuk, yang berpotensi menunda pemulihan ekonomi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Melemah pada Akhir Pekan, Ini Penyebabnya
-
Serikat Buruh Kecewa dengan Rumus UMP 2026, Dinilai Tak Bikin Sejahtera
-
Kuota Mulai Dihitung, Bahlil Beri Peringatan ke SPBU Swasta Soal Impor BBM
-
Pemerintah Susun Standar Nasional Baru Pelatihan UMKM dan Ekraf
-
Stok Di Atas Rata-rata, Bahlil Jamin Tak Ada Kelangkaan BBM Selama Nataru
-
Kadin Minta Menkeu Purbaya Beri Insentif Industri Furnitur
-
Siap-siap, Bank Mandiri Mau Bagikan Dividen Interim Rp 100 per Saham
-
UMKM Terdampak Banjir Sumatera Dapat Klaim Asuransi untuk Pemulihan Usaha
-
Harga Perak Sempat Melonjak Tajam, Hari Ini Koreksi Jelang Akhir Pekan
-
Danantara Bangun 15.000 Hunian Sementara untuk Korban Banjir Sumatera