Suara.com - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dihadapkan dengan sejumlah risiko besar akibat saldo modal kerja (working capital) negatif. Hal tercantum dalam kinerja laporan keuangan terakhir perseroan.
Melansir laporan keuangan PGEO dinyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai USD 424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, tercatat total utang PGEO mencapai USD 943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai USD 327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar USD 615,58 juta.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan terdapat tiga risiko yang dihadapi PGEO ketika mengalami modal kerja negatif. Pertama yakni risiko likuiditas, di mana perseroan akan kesulitan menghadapi kondisi eksternal seperti penagihan utang jatuh tempo.
Menurutnya, kondisi seperti ini dapat membuat kondisi perusahaan memburuk. Dengan kata lain, perusahaan dengan modal kerja negatif lebih sulit saat menghadapi turbulence dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki modal kerja positif.
"Ketika perusahaan dengan likuiditas tidak baik, maka akan semakin berisiko terhadap faktor-faktor atau risiko ke depannya," ujarnya kepada wartawan, yang dikutip Kamis (18/5/2023).
Bahkan, Alfred menjelaskan bahwa kondisi perusahaan dengan modal kerja negatif juga lebih berisiko default. "Walaupun manajemen mengklaim mendapat dukungan dari holding, tapi tetap saja di atas kertas risiko default lebih besar ketimbang ketika perseroan memiliki modal kerja positif," kata dia.
Risiko kedua, lanjut Alfred, terdapat risiko pendanaan operasional yang harus dihadapi PGEO menyusul kas yang idle. "Modal kerja negatif juga dapat mempersempit perseroan dari sisi operasional, sehingga pergerakan PGEO untuk menjalankan bisnis atau ekspansi menjadi terbatas," imbuh dia.
Sedangkan risiko ketiga menurut Alfred adalah persepsi negatif dari para stakeholder perseroan, sehingga memberikan sentimen buruk kepada pelaku pasar dan berisiko memberikan dampak negatif pula bagi kinerja saham PGEO di Bursa ke depannya.
Baca Juga: Intip Kontribusi PGEO untuk Lingkungan di Area Pembangkit Panas Bumi Kamojang
"Karena informasi terkait kondisi ini dilaporkan sendiri oleh manajemen dan dibaca oleh stakeholder. Tentu mereka akan melihat kondisi modal kerja negatif ini sebagai gambaran yang tidak bagus," jelas dia.
Alfred turut mengimbau kepada para investor untuk terus memperhatikan kondisi perseroan saat ini. "Kalau semakin lama kondisi working capital minus, berarti menjadi sinyal bagi para investor untuk melihat potensi emiten-emiten lain yang mempunyai kondisi keuangan lebih sehat," pungkas dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pemerintah Akui Harga Cabai Rawit Masih Tinggi di Nataru, Tembus Rp 60.000 per Kg
-
Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Meningkat Hampir Tiga Kali Lipat pada Nataru 2025/2026
-
Insentif Kendaraan Listrik Dihentikan, Untung atau Buntung?
-
Ingin Kuliah Singkat dan Siap Berkarier? Simak Cara Bergabung di Universitas Nusa Mandiri 2026
-
Cek Jembatan Kembar Margayasa Pascabencana, Kementerian PU Bakal Perkuat Tebing Batang Anai
-
Kemenkeu Ungkap Setoran Pajak Digital Tembus Rp 44,55 Triliun per November 2025
-
Bali Katanya Sepi, Tapi Kemenhub Ungkap Jumlah Penumpang Naik
-
Purbaya Resmi Tarik Pajak dari Pelanggan ChatGPT RI
-
Nadi Logistik Pulih! Jalur Khusus Bireuen Aceh Utara Kembali Terhubung, Ekonomi Lintas Timur Bangkit
-
Update Harga Pangan 29 Desember: Bawang, Cabai, Hingga Beras Kompak Turun