Suara.com - Nilai tukar mata uang rupiah pada perdagangan awal pekan ini Senin (19/6/2023) hampir ditutup tembus Rp15.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data pasar spot mata uang garuda ditutup di level Rp14.994 per dolar AS, melemah 54 poin atau 0,36 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sedangkan merujuk data kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.994 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Sementara itu sejumlah mata uang di kawasan Asia terpantau ditutup bervariasi. Tercatat ringgit Malaysia turun 0,21 persen, won Korea Selatan turun 0,71 persen,
Selanjutnya mata uang yuan China melemah 0,38 persen, dan dolar Singapura melemah 0,12 persen. Sedangkan peso Filipina naik 0,25 persen dan dolar Hong Kong naik 0,04 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan dolar AS dipengaruhi oleh liburan seiring para pedagang yang sedang mencerna dampak keputusan the Fed mengenai suku bunga.
The Fed memimpin pertemuan para bank sentral untuk membahas kebijakan moneter dan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama bertahun-tahun. Hal ini guna menilai dampaknya terhadap inflasi dan prospek perekonomian negara.
“The Fed juga mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut, dengan harga konsumen masih menggandakan target 2 persen, tetapi menunjukkan pentingnya data ekonomi yang akan datang mendukung langkah ini,” ujar Ibrahim dalam riset, Senin (19/6/2023).
Data pasar perumahan AS, klaim pengangguran awal, hingga neraca berjalan akan dipelajari oleh pemerintah AS pada pekan ini. Pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell di depan Kongres AS pekan ini juga akan menjadi perhatian publik.
Baca Juga: Video Juru Parkir di Depan FamilyMart Snayan City Viral, Patok Harga Parkir Motor10 Ribu Rupiah
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen sepanjang 2023. BI pun akan berhati-hati dalam menanggapi pandangan terbaru the Fed.
Pasalnya dampak dari transmisi Federal Funds Rate (FFR) terhadap Indonesia akan semakin terlihat melalui imbal hasil obligasi pemerintah terutama untuk tenor 10 tahun yang terus menurun dan mendekati level 6 persen.
Kemudian tingkat inflasi Indonesia juga tercatat menurun ke level terendah dalam 12 bulan terakhir menjadi 4 persen secara tahunan per Mei 2023. Inflasi diperkirakan akan terus menurun dan bergerak dalam kisaran target kedepannya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
Terkini
-
Perluas Jangkauan Pelayanan, KB Bank Resmikan Grand Opening KCP Bandung Taman Kopo Indah
-
Distribusi BBM di Sebagian Wilayah Aceh Masih Sulit, Pertamina: Kami Terus Untuk Recovery
-
Bank Modal Pas-pasan di Ujung Tanduk: Mengapa OJK Paksa KBMI I Naik Kelas atau Tutup?
-
Akhiri Paceklik Rugi, Indofarma (INAF) Pasang Target Ambisius: Pendapatan Naik 112% di 2026
-
Nilai Tukar Rupiah Drop Lagi, Ini Pemicunya
-
Usai Resmikan InfraNexia, Telkom (TLKM) Siapkan Entitas B2B ICT Baru
-
Jadwal Libur IHSG Desember 2025 dan Sepanjang Tahun 2026 Lengkap
-
Pemerintah Tetapkan Formula UMP Baru, Buruh atau Pengusaha yang Diuntungkan?
-
Gakkum ESDM Buka Suara Soal Viral Aktivitas Tambang di Gunung Slamet
-
COO Danantara Donny Oskaria Tinjau Lahan Relokasi Warga Korban Bencana di Aceh Tamiang