Suara.com - Mata uang rupiah akhirnya tembus Rp15.004 per dolar AS pada penutupan perdagangan pada hari ini Selasa (20/6/2023).
Mengutip pasar spot, mata uang garuda ditutup di level Rp15.004 per dolar AS dengan melemah 10 poin atau 0,07 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.040 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Sementara itu mata uang di kawasan Asia terpantau bervariasi. Tercatat ringgit Malaysia turun 0,09 persen, won Korea Selatan naik 0,12 persen, yuan China melemah 0,12 persen, dan dolar Singapura menguat 0,04 persen.
Sedangkan peso Filipina naik 0,26 persen dan dolar Hong Kong turun 0,05 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang kawasan Asia terjadi seiring penurunan suku bunga oleh bank sentral China yang gagal meredakan kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan perekonomian.
Bank sentral China memangkas suku bunga acuan pinjaman sebesar 10 basis poin pada Selasa (20/6/2023). Langkah ini dilakukan demi menopang pemulihan perekomian yang melambat.
“Namun, ukuran penurunan suku bunga ini mengecewakan beberapa orang yang khawatir bahwa tidak akan cukup untuk menopang kepercayaan, dengan sektor properti China yang sangat terpukul dengan para pedagang mencari paket stimulus yang lebih luas dari otoritas China,” ujar Ibrahim dalam risetnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan pelaku pasar sedang mengantisipasi pernyataan yang akan diucapkan oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan Kongres AS. Pelaku pasar mengamati pernyataan Powell mengenai isyarat tentang kebijakan moneter AS.
Baca Juga: Safe Haven Makin Diminati, Dolar AS Menguat Tipis
Sementara dari dalam negeri, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi pembicaraan di kalangan politisi maupun ekonom. Namun, dia menyebut sebagian besar bakal calon presiden bukanlah orang yang mengerti ekonomi.
Lantas para bakal capres tersebut membutuhkan bakal calon wakil presiden yang mengerti perekonomian. Hal ini agar pasangan capres dan cawapres dapat berkolaborasi memajukan perekonomian dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Drop Lagi, Ini Pemicunya
-
Usai Resmikan InfraNexia, Telkom (TLKM) Siapkan Entitas B2B ICT Baru
-
Jadwal Libur IHSG Desember 2025 dan Sepanjang Tahun 2026 Lengkap
-
Pemerintah Tetapkan Formula UMP Baru, Buruh atau Pengusaha yang Diuntungkan?
-
Gakkum ESDM Buka Suara Soal Viral Aktivitas Tambang di Gunung Slamet
-
COO Danantara Donny Oskaria Tinjau Lahan Relokasi Warga Korban Bencana di Aceh Tamiang
-
Program MBG Habiskan Anggaran Rp 52,9 Triliun, Baru Terserap 74,6% per Desember 2025
-
Kemenkeu Sentil Pemda Buntut Dana 'Nganggur' di Bank Tembus Rp 218,2 Triliun per November
-
Menperin: Harus Dibuat Malu Pembeli Produk Impor yang Sudah Diproduksi di Dalam Negeri
-
Target DEWA Melejit ke Rp750, Harga Saham Hari Ini Mulai Merangkak Naik