Suara.com - Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari Rabu (12/7/2023) menguat cukup siginifikan melawan dolar AS.
Mengutip Pasar Spot, mata uang Garuda berakhir di Rp15.074 dengan menguat 78,5 poin atau 0,52 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah menguat ke posisi Rp15.084 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang naik 0,55 persen, dolar Singapura naik 0,25 persen, dolar Taiwan 0,21 persen, won Korea Selatan naik 0,40 persen, dan peso Filipina 0,61 persen.
Kemudian rupee India naik 0,11 persen, yuan China menguat 0,28 persen, ringgit Malaysia naik 0,17 persen, sementara baht Thailand turun 0,34 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan mata uang dolar merosot ke level terendah dua bulan terakhir terhadap mata uang utama pada hari Rabu, menjelang pengumuman inflasi AS.
Sementara itu, Poundsterling naik ke level tertinggi 15 bulan ini, di tengah ekspektasi Bank of England (BoE) yang akan menaikkan suku bunga lebih jauh. Menurut Ibrahim, investor akan fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu ini, dengan ekspektasi harga konsumen inti naik 5 persen secara tahunan pada bulan Juni.
"Angka tersebut memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi," kata Ibrahim.
Inflasi ini diperkirakan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari The Fed, dengan bank sentral akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli.
Fokus minggu ini juga menurut Ibrahim ada pada komentar dari para pejabat The Fed, termasuk Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester.
Baca Juga: Usai Keok 4 Hari, Rupiah Akhirnya Depak Dolar AS Sore Ini ke Rp15.154
Sementara itu, dari dalam negeri Ibrahim menuturkan sentimen datang dari pemulihan ekonomi Indonesia yang semakin kuat. Hal tersebut terutama sejak diterpa pandemi Covid-19 sejak tiga tahun lalu.
"Optimisme proses pemulihan ekonomi yang kuat dan stabil, mendorong Indonesia kembali masuk di dalam kelompok upper-middle income country," ucap Ibrahim.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
Ratu Tisha Lengser: Apa yang Sebenarnya Terjadi di Balik Layar PSSI?
-
Istana Tanggapi Gerakan 'Stop Tot Tot Wuk Wuk' di Media Sosial: Presiden Aja Ikut Macet-macetan!
-
Emil Audero Jadi Kunci! Cremonese Bidik Jungkalkan Parma di Kandang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
Terkini
-
SPBU Swasta Beli BBM dari Pertamina, Simon: Kami Tak Cari Untung!
-
Jurus SIG Hadapi Persaingan: Integrasi ESG Demi Ciptakan Nilai Tambah Jangka Panjang
-
Menkeu Purbaya Tak Mau Naikkan Tarif Listrik Meski Subsidi Berkurang
-
DPR Usul Ada Tax Amnesty Lagi, Menkeu Purbaya Tolak Mentah-mentah: Insentif Orang Ngibul!
-
Kemenhub 'Gandeng' TRON: Kebut Elektrifikasi Angkutan Umum, Targetkan Udara Bersih dan Bebas Emisi!
-
Harris Arthur Resmi Pimpin IADIH, Siap Lawan Mafia Hukum!
-
Fakta-fakta Demo Timor Leste: Tekanan Ekonomi, Terinspirasi Gerakan Warga Indonesia?
-
Alasan Eks Menteri Sebut DJP 'Berburu Pajak di Kebun Binatang': Masalah Administrasi Serius
-
Nama Pegawai BRI Selalu Dalam Doa, Meski Wajahnya Telah Lupa
-
Pemerintah Siapkan 'Karpet Merah' untuk Pulangkan Dolar WNI yang Parkir di Luar Negeri