Suara.com - Pemerintah Indonesia Cq. Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut menjadi tuan rumah penyelenggaraan 3rd Regional Task Force on Biofouling Management.
Membacakan sambutan Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Perkapalan dan Kepelautan, Dr. Hartanto menyampaikan bahwa kegiatan ini diselenggarakan sebagai bagian dari GloFouling Partnership Project yang diinisiasi oleh International Maritime Organization (IMO) bekerjasama dengan Global Environment Fund (GEF) dan United Nation Development Programme (UNDP) sebagai tindak lanjut dari Pertemuan Regional Task Force (RTF) on Biofouling ke-2 yang telah diselenggarakan di Filipina pada bulan November 2022.
Hartanto mengungkapkan, bahwa Regional Task Force (RTF) atau Satuan Tugas Regional pengembangan Strategi Regional mengenai Pengelolaan Biofouling di Laut Asia Timur ini telah dibentuk pada pertemuan pertama. Sedangkan pada pertemuan kedua, telah dilaksanakan peninjauan terhadap Rancangan Strategi Regional dan membahas implementasinya, termasuk inisiatif-inisiatif terkait pengelolaan biofouling yang sedang dilaksanakan oleh negara-negara dan juga sektor swasta.
“Adapun pertemuan hari ini akan membahas dan menyetujui revisi Strategi Regional serta masukan dan wawasan mengenai rekomendasi langkah Proyek selanjutnya,” jelas Hartanto dalam keterangannya, Kamis (21/9/2023).
Pada kesempatan tersebut, Hartanto kembali menegaskan komitmen Indonesia dalam meningkatkan perlindungan lingkungan maritim, khususnya dalam menangani biofouling dan spesies air invasi di Laut.
“Indonesia turut mengambil tanggung jawab sebagai satu di antara 12 negara Mitra Utama Proyek Kemitraan GloFouling. Kami sangat senang dapat terlibat dalam peluang bekerjasama dengan negara dan organisasi lain di kawasan kami untuk mengatasi masalah lingkungan laut lintas batas yang sangat penting ini. Kami juga yakin bahwa Proyek ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap upaya perlindungan lingkungan laut global,” tegasnya.
Lebih lanjut, Hartanto juga mengundang partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat, tidak hanya dalam pembahasan Revisi Strategi Regional, namun juga dalam penerapan langkah-langkah yang direkomendasikan untuk menciptakan lautan yang berkelanjutan dan bersih.
Hartanto juga menyampaikan terima kasih kepada IMO dan PEMSEA atas dukungan yang berkelanjutan bagi Indonesia dan negara lain yang terlibat dalam GloFouling Partnerships Project untuk menerapkan IMO Biofouling Guidelines.
“Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh IMO dan PEMSEA ini telah membantu berbagai negara, terutama industri maritimnya, untuk mendapatkan praktik terbaik dalam pengelolaan biofouling serta mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada tahun 2030,” tukasnya.
Baca Juga: Ditjen Hubla Luncurkan Smart Buoy Pertama di Indonesia
Sebagai informasi, Biofouling dan Invasive Aquatic Species sendiri telah menjadi isu penting bagi dunia kelautan di berbagai negara, tak terkecuali negara-negara di kawasan EAS (East Asia Seas) Region (Asia Timur).
Negara-negara di EAS region termasuk Indonesia tergabung dalam GEF-UNDP-IMO GloFouling Partnerships Project. Program ini merupakan inisiatif global dengan menyatukan mitra kunci untuk menanggapi masalah lingkungan global, yaitu spesies air invasif yang diperkenalkan melalui biofouling.
Adapun Pertemuan RTF on Biofouling ke-3 ini dihadiri oleh kurang lebih 70 (tujuh puluh) orang peserta yang terdiri dari perwakilan 11 (sebelas) negara yang terlibat dalam Project, meliputi Brunei Darussalam, Kamboja, Korea Selatan, Singapura, Thailand, Timor Leste dan Vietnam.
Selain itu hadir pula perwakilan dari IMO, Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA), akademisi dari ITS Surabaya, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, IPB Bogor, BP3IP, dan Poltekpel Surabaya, Asosiasi dari INSA, IPERINDO dan WIMA Indonesia, serta industry terkait seperti PT. PAL, PT. Pelindo, PT. Bluestreak, Tas Global dan Global TestNet.
Pada pertemuan ini, Indonesia akan menyampaikan update serta sejumlah presentasi mengenai strategi, rencana aksi nasional, asesmen ekonomi, serta berbagai infisiatif terkait implementasi pengelolaan biofouling di Indonesia.
Selain itu, sebagai bagaian dari agenda pertemuan, peserta juga akan diajak untuk melakukan kunjungan lapangan ke PT.PAL dan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya guna melihat langsung penerapan praktik-praktik pengelolaan dan riset-riset yang sedang dikembangkan terkait biofouling.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 HP RAM 8 GB Paling Murah dengan Spesifikasi Gaming, Mulai Rp1 Jutaan
- 5 Tablet Snapdragon Mulai Rp1 Jutaan, Cocok untuk Pekerja Kantoran
- 7 Rekomendasi Sepatu Jalan Kaki Terbaik Budget Pekerja yang Naik Kendaraan Umum
- 7 Pilihan Sepatu Lokal Selevel Hoka untuk Lari dan Bergaya, Mulai Rp300 Ribuan
- Besok Bakal Hoki! Ini 6 Shio yang Dapat Keberuntungan pada 13 November 2025
Pilihan
-
Minta Restu Merger, GoTo dan Grab Tawarkan 'Saham Emas' ke Danantara
-
SoftBank Sutradara Merger Dua Musuh Bebuyutan GoTo dan Grab
-
Pertamina Bentuk Satgas Nataru Demi Pastikan Ketersediaan dan Pelayanan BBM
-
Jenderal TNI Muncul di Tengah Konflik Lahan Jusuf Kalla vs GMTD, Apa Perannya?
-
Geger Keraton Solo: Putra PB XIII Dinobatkan Mendadak Jadi PB XIV, Berujung Walkout dan Keributan
Terkini
-
Proses Evaluasi Longsor di Tambang PT Freeport Selesai Antara Maret atau April
-
Bahlil Dorong Freeport Olah Konsentrat Tembaga Amman
-
Purbaya Pesimis DJP Bisa Intip Rekening Digital Warga Tahun Depan, Akui Belum Canggih
-
Sempat Tolak, Purbaya Akhirnya Mau Bantu Danantara Selesaikan Utang Whoosh
-
Purbaya Duga Pakaian Bekas Impor RI Banyak dari China, Akui Kemenkeu Lambat Tangani
-
Purbaya Tak Mau Lagi Bakar Baju Bekas Impor, Pilih Olah Ulang-Jual Murah ke UMKM
-
IHSG Loyo di Penutupan Jelang Akhir Pekan, Dipicu Pelemahan Ekonomi China
-
Ekonom Ungkap Data dari 'Purbaya Effect' ke Perekonomian Nasional
-
Setelah Garuda Indonesia Danantara Mau Guyur Dana Jumbo ke Krakatau Steel, Berapa Jumlahnya?
-
Purbaya Lempar ke BI soal Wacana Redenominasi Rupiah: Kemenkeu Tak Ada Strategi