Suara.com - Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, berkomitmen untuk melanjutkan pembicaraan mengenai Pedoman Tata Perilaku (CoC) dan implementasi Deklarasi Perilaku Para Pihak (DoC) di Laut China Selatan dengan negara-negara ASEAN.
"Demi menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan, China dan negara-negara ASEAN harus terus melaksanakan Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan dan sekaligus mempercepat perundingan mengenai Pedoman Tata Perilaku di Laut China Selatan," ujar Menlu Wang Yi saat menjawab pertanyaan dari ANTARA dalam konferensi pers mengenai "Kebijakan diplomasi dan hubungan luar negeri China" di Beijing, China pada hari Kamis.
Laut China Selatan hingga saat ini masih menjadi sumber ketegangan di kawasan karena China mengklaim hampir seluruh perairan di Laut China Selatan.
Negara-negara anggota ASEAN yaitu Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina juga mengeklaim wilayah tersebut.
ASEAN dan China telah sejak lama berusaha merumuskan CoC yang mengikat secara hukum guna menghindari konflik antarnegara yang saling bersengketa di wilayah tersebut.
"CoC berguna untuk menetapkan aturan regional yang lebih efektif dan substantif serta sejalan dengan hukum laut internasional. Saat ini negosiasi sudah sampai pada third reading dan kami siap bekerja sama dengan negara-negara ASEAN untuk mencapai Kode Etik Perilaku ini segera mungkin sehingga terwujud perdamaian dan kerja sama di Laut China Selatan," tambah Wang Yi, dikutip dari Antara.
Wang Yi menyebut hingga saat ini China selalu sangat menahan diri dan menganjurkan solusi yang dapat diterima bersama dalam semangat "bertetangga dan persahabatan yang baik" serta menghormati fakta sejarah dan hukum.
"Namun kami tidak akan membiarkan itikad baik itu disalahgunakan dan tidak akan menerima pelanggaran hukum laut. Untuk pelanggaran yang disengaja, kami akan membela hak kami sesuai dengan hukum, kami juga akan menanggapi provokasi yang tidak masuk akal dengan segera," tambah Wang Yi.
Pada Selasa (5/3) memang terjadi ketegangan baru di Laut China Selatan saat ada insiden tabrakan kapal antara penjaga pantai Filipina dan penjaga pantai China di perairan dekat karang Ren'ai Jiao.
Baca Juga: Susul iPhone, HP China Oppo dan Vivo Tumbang di Kandang Sendiri
"Kami juga menyarankan negara-negara tertentu di luar kawasan untuk tidak menimbulkan masalah, memihak, dan menjadi perusak di Laut China Selatan," ungkap Wang Yi.
"Pertama, penyelesaian konflik yang ada harus dilakukan dengan bijaksana dan diselesaikan oleh negara-negara yang terlibat melalui dialog, konsultasi, dan perundingan, dan kedua, keamanan di laut harus dijaga melalui upaya bersama antara China dan negara-negara ASEAN. Kedua hal ini juga merupakan inti dari Deklarasi Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan, yang ditandatangani pada tahun 2002," Wang Yi menjelaskan.
Meskipun begitu, Wang Yi menegaskan bahwa wilayah karang yang tidak berpenghuni di Laut China Selatan, seperti Nanhai Zhudao, telah lama menjadi bagian dari wilayah yang berada di bawah yurisdiksi pemerintah China.
"Laut China Selatan saat ini adalah salah satu jalur pelayaran paling ramai, aman, dan bebas di dunia. Selama beberapa dekade terakhir, setengah dari seluruh kapal dagang di dunia dan sepertiga dari seluruh perdagangan maritim dunia telah melintasi wilayah ini tanpa mengalami gangguan apa pun. Di tengah keadaan dunia yang penuh ketidakpastian, perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan tidak dapat terwujud tanpa kerja sama antara China dan negara-negara ASEAN," ujar Wang Yi.
Pada tahun 2002, DoC Laut China Selatan disepakati oleh China dan negara-negara ASEAN. DoC merupakan perjanjian yang tidak mengikat yang menguraikan prinsip-prinsip penyelesaian sengketa secara damai di kawasan tersebut.
DoC meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat mengancam atau menggunakan kekerasan, menyelesaikan sengketa secara damai melalui dialog dan konsultasi, serta menghormati kebebasan berlayar dan terbang.
Berita Terkait
-
3 Rekomendasi Drama China Bertema Dunia Paralel, Tertarik Menonton?
-
ByteDance Dipaksa Jual TikTok dari China ke Amerika
-
Sinopsis Angels Fall Sometimes, Kisah Lin Yi Berjuang Lawan Penyakit ALS
-
Meski Tetap Menjaga Semangat Perdamaian, Negara ASEAN Harus Tegas Terhadap Klaim Sepihak RRT
-
Susul iPhone, HP China Oppo dan Vivo Tumbang di Kandang Sendiri
Terpopuler
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
-
Evakuasi Ponpes Al-Khoziny: Nihil Tanda Kehidupan, Alat Berat Dikerahkan Diirigi Tangis
Terkini
-
Rupiah Kembali Menguat pada Jumat Sore
-
Rupiah Makin Ganas, Dolar AS Keok Imbas Penutupan Pemerintahan Trump?
-
Tak Hanya KPR, BTN Genjot Penyaluran KUR UMKM
-
Perkuat Stok BBM, Pertamina Dirikan Fuel Terminal di Labuan Bajo
-
Setelah Udang, Kini Cengkeh Indonesia Dihantam Radiasi Nuklir Cesium-137, Amerika Blokir Ekspor
-
Vivo dan BP Batal Beli BBM Pertamina, Kini Dipanggil ke Kantor Bahlil
-
Bukti Ketangguhan Pangan Nasional: Ekspor Pertanian Januari-Agustus 2025 Melonjak 38,25 Persen
-
Heran SPBU Swasta Batal Beli BBM Pertamina, Kementerian ESDM: Bensin Shell Juga Mengandung Etanol
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!