Suara.com - Kondisi geopolitik dunia saat ini, bisa dikatakan, menunjukkan peningkatan ketegangan dan belum kunjung mereda. Setelah sebelumnya konflik Ukraina dan Rusia merembet hingga ke NATO, bahkan Amerika Serikat turut ikut campur.
Ditambah dengan genosida Israel yang menyerang Palestina hingga membuat lebih daro 33.000 korban meninggal dunia, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Parahnya lagi, Israel nampaknya semakin jumawa dengan menyerang diplomat Iran yang berada di Suriah. Hal ini lantas membuat Iran marah dan mengirimkan balasan ke Israel.
Saat Iran dan Israel tengah bersitegang dan bersiap berperang. Konflik juga terjadi di beberapa negara di Afrika, salah satunya Sudan.
Kondisi dunia saat ini cukup memprihatinkan. Hal ini pula yang kemudian membuat bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve System atau The Fed, untuk menahan suku bunga acuan mereka di level yang tinggi atau higher for longer.
Padahal, banyak ekonom dan pelaku sektor keuangan dunia telah memprediksi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga mereka dalam waktu dekat ini, atau selambatnya pada awal semester kedua 2024 nanti.
Bank Indonesia (BI) termasuk salah satu yang juga memproyeksikan hal tersebut. Bank sentral Indonesia itu pun telah berencana untuk mengikuti langkah yang diperkirakan akan dilakukan The Fed itu.
Akan tetapi, melihat situasi geopolitik global saat ini, sepertinya BI juga akan mempertimbangkan kembali rencananya tersebut.
Penyebabnya tidak lain karena BI perlu memastikan level IHSG, yield obligasi dalam negeri, dan kurs rupiah berada dalam kondisi yang aman sebelum mengambil keputusan untuk menurunkan suku bunga acuannya agar stabilitas moneter dalam negeri terjaga.
Baca Juga: Klasemen BRI Liga 1 Usai Rampungnya Pekan ke-31: Persib Segel Tiket Championship Series
Selain Bank Indonesia, pemerintah juga berusaha menjaga stabilitas keuangan nasional melalui reformasi sektor keuangan dengan menerapkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK). Menurut Adi Budiarso, Kepala Pusat Kebijakan Sektor Keuangan Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, reformasi ini dilakukan bersamaan dengan program cipta kerja, harmonisasi perpajakan, serta penyederhanaan birokrasi untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
“Menuju demographic dividend (bonus demografi) 2045, kita perlu mempercepat reformasi sektor keuangan ini,” ujarnya, dikutip dari Antara hari ini.
Kedalaman sektor keuangan Indonesia masih perlu ditingkatkan karena relatif dangkal dibandingkan negara ASEAN-5 lainnya, yaitu Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand
Sebagai contoh, nilai aset perbankan yang selama hampir 15 tahun terakhir mendominasi proporsi aset keuangan domestik ternyata masih jauh lebih kecil dibandingkan nilai aset perbankan di negara ASEAN-5 lainnya tersebut.
Tidak peduli seberapa besar peluang pengembangan nilai aset perbankan Indonesia tersebut, tanpa adanya langkah untuk meredam dampak dari gejolak geopolitik saat ini, maka perkembangannya tidak akan optimal, apalagi mengingat kurs rupiah yang semakin melemah.
Menurut Direktur Bisnis Kecil dan Menengah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Amam Sukriyanto, kondisi perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh secara moderat sepanjang tahun ini. Sementara itu, risiko makroekonomi berada di level tinggi selama semester pertama dan akan menurun ke level moderat pada semester kedua.
Berita Terkait
-
Imbas Ketegangan Iran-Israel, Bisnis BUMN Ini Bakal Goyah
-
BRI Liga 1: 2 Fakta Menarik Dugaan Match Fixing di Laga Bhayangkara FC Kontra Persik Kediri
-
Amunisi Persija Makin Tipis Jelang 3 Laga Terakhir BRI Liga 1, Bagaimana Nih Thomas Doll?
-
Ribuan Tentara Israel Disebut Terluka dan Alami Gangguan Psikologis Sejak Operasi Badai Al-Aqsa
-
Klasemen BRI Liga 1 Usai Rampungnya Pekan ke-31: Persib Segel Tiket Championship Series
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
BI: Waspadai Inflasi Akhir Tahun, Harga Pangan Mulai Melonjak
-
OJK Temukan 8 Pindar Belum Memenuhi Ekuitas Minum Rp 12,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Siapkan 'Hadiah' Rp300 Miliar untuk Daerah yang Sukses Tangani Stunting
-
KPK Bidik Proyek Whoosh, Menteri ATR/BPN Beberkan Proses Pembebasan Lahan untuk Infrastruktur
-
Kemenperin: Penyeragaman Kemasan Jadi Celah Peredaran Rokok Ilegal
-
Emiten TOBA Siapkan Dana Rp 10 Triliun untuk Fokus Bisnis Energi Terbarukan
-
10 Aplikasi Beli Saham Terbaik untuk Investor Pemula, Biaya Transaksi Murah
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Mau Tinggalkan Batu Bara, Emiten TOBA Fokus Bisnis Energi Terbarukan
-
KOWANI Gandeng SheTrades: Rahasia UMKM Perempuan Naik Kelas ke Pasar Global!