Suara.com - Daun engkerbai atau daun salung (Psychotria viridiflora) adalah jenis perdu yang banyak tumbuh di hutan adat Menua Sungai Utik. Daun ini adalah salah satu jenis tumbuhan yang dijadikan bahan pewarna alami tenun ikat khas Dayak Iban.
Dikutip dari kantor berita Antara, Lidia Sumbun bersama 31 perempuan Dayak Iban Sungai Utik adalah perajin kain tenun berpewarna alami daun engkerbai. Juga menggunakan tumbuhan hutan lainnya seperti tarum (Indigofera sp) atau rengat padi sebagai pewarna tenun ikat.
Mereka melestarikan keterampilan menenun dan menganyam sebagai identitas budaya sekaligus penopang perekonomian keluarga.
Lidia Sumbun, ibu dua anak itu pernah membuat kain tenun termahal, bermotif manusia, yang dijual Rp 4,5 juta untuk konsumen di Kota Bogor, Jawa Barat. Kemudian tikar termahal yang dijual Rp 2 juta.
Lainnya adalah bermacam karya tenun seperti syal, taplak meja, kain bermotif serta rompi. Harga termurah diperoleh dari syal kecil berharga Rp 150 ribu per helai.
Menurut Lidia Sumbun, pendapatan kerajinan ini bisa digunakan untuk membiayai pendidikan anak lelakinya yang duduk di bangku SMA.
"Kalau betul-betul fokus, pendapatan bisa mencapai Rp 5 juta per bulan. Akan tetapi sering teralihkan dengan kesibukan lain. Seperti ke ladang, acara gereja, termasuk kalau ada musibah, ada anggota rumah panjang meninggal, otomatis harus puasa menenun dan menganyam," jelasnya.
Maryetha Samay, Ketua Kelompok Telaga Kumang Sungai Utik, yang mengorganisasi para perajin tenun dan anyaman di Dusun Sungai Utik mengatakan produk mereka sudah mulai dikenal. Pasalnya sering dipamerkan di lingkup pertemuan masyarakat adat tingkat nasional.
"Kami sudah beberapa kali membawa hasil kerajinan anyaman dan tenun ke pameran di Jakarta dan Bali. Sambutan konsumen sangat baik. Setiap produk yang kami bawa pasti habis terjual," kata Maryetha Samay.
Baca Juga: Terungkap! Ciri Pebisnis Visioner Elon Musk Lewat Antusiasme Investasi di 3T
Ia mengenang pengalaman saat pameran di Bali pada 2012. Mereka menyiapkan 50 tikar anyaman berbahan bemban yang habis terjual. Banderol Rp 500 ribu - Rp 1 juta per lembar.
Kemudian saat pameran dalam rangka hari masyarakat adat di Jakarta pada 2018, mereka membawa 10 tikar dan sejumlah tenun, anyaman keranjang, obat-obatan, dan pewarna alam. Seluruhnya juga habis terjual.
Tenun Dayak Iban yang memakai pewarna alam meningkatkan nilai ekonomi produk itu sendiri tanpa meninggalkan kaidah alam.
Penelitian dosen Fakultas Kehutanan Universitas Tanjung Pura (Fahutan Untan) bersama masyarakat adat Sungai Utik yang didokumentasi dalam jurnal Etnobotani Tumbuhan Pewarna Alam di Kalimantan Barat telah mengidentifikasikan 15 jenis tumbuhan hutan yang digunakan perempuan Sungai Utik untuk mewarnai kain tenun.
Yaitu bungkang (Szygium polyanthum), beting (Litsea sp), engkerbai kayoh (Psychotria malayana), engkerbai laut (Peristrophe sp), entemu (Curcuma sp), jambu melaban (Psidium guajava), medang balong (Actinodaphne glomerata), engkudu (Morinda citrifolia), manyam (Glochidion lutescens), rengat kikat (Clerodendrum laevifolium), rengat padi (Indigofera suffruticosa), sibau (Nephelium cuspidatum), serta ulin (Eusideroxylon zwageri).
"Dua tumbuhan lagi yaitu jangau dan menuang (yang belum diketahui nama ilmiahnya) juga digunakan sebagai pewarna alam,” jelas Wahdina, dosen peneliti tumbuhan pewarna alami dari Fahutan Untan.
Berita Terkait
-
Perempuan Berambut Putih yang Tiap Malam Duduk di Atas Batu Nisan
-
CERPEN: Perempuan yang Menyulam Kesedihan
-
Lebih dari Sekadar Slogan: Urgensi Membangun Ruang Aman bagi Perempuan
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
Kegigihan Pesisir: Ketahanan yang Dipikul oleh Nelayan dan Para Perempuan
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Ingin Kuliah Singkat dan Siap Berkarier? Simak Cara Bergabung di Universitas Nusa Mandiri 2026
-
Cek Jembatan Kembar Margayasa Pascabencana, Kementerian PU Bakal Tebing Batang Anai
-
Kemenkeu Ungkap Setoran Pajak Digital Tembus Rp 44,55 Triliun per November 2025
-
Bali Katanya Sepi, Tapi Kemenhub Ungkap Jumlah Penumpang Naik
-
Purbaya Resmi Tarik Pajak dari Pelanggan ChatGPT RI
-
Nadi Logistik Pulih! Jalur Khusus Bireuen Aceh Utara Kembali Terhubung, Ekonomi Lintas Timur Bangkit
-
Update Harga Pangan 29 Desember: Bawang, Cabai, Hingga Beras Kompak Turun
-
Bahlil Sebut Stok BBM RI Aman 20 Hari Kedepan
-
OJK Buka Skema Asuransi Kredit, Pindar Didorong Tumbuh Lebih Sehat
-
Kilang Balikpapan Beres, Bahlil Yakin Indonesia Tak Perlu Impor Solar Lagi