Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, masyarakat kelas menengah (middle class) memiliki peran penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional.
Namun saat ini kondisi ekonomi kelompok ini sedang tak baik-baik saja.
"Kelas menengah kita sekitar 17,13 persen, dan aspiring middle class (AMC) itu juga mendekati 50 persen, dan tentunya sebelum COVID-19 angkanya sedikit lebih tinggi, ini karena ada efek dari COVID-19 yang sering disampaikan oleh Bu Menteri Keuangan sebagai scarring effect," kata Airlangga saat konferensi pers dialog yang bertajuk "Peran dan Potensi Kelas Menengah Menuju Indonesia Emas 2045" di Jakarta, Selasa (27/8/2024).
Sebagai informasi, calon kelas menengah atau aspiring middle class (AMC) merupakan kelompok masyarakat yang berhasil naik kelas, namun masih rentan miskin.
Saat ini, sektor perumahan menjadi salah satu pengeluaran kedua terbesar bagi masyarakat kelas menengah sehingga kebijakan pemerintah di sektor ini menjadi penting.
Oleh karena itu, Pemerintah mendorong pertumbuhan kelas menengah dengan memprioritaskan kebijakan subsidi di sektor perumahan.
Pemerintah menambah insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) menjadi 100 persen sampai Desember 2024, dan kuota subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dari 166 ribu unit menjadi 200 ribu unit.
Selain itu, lanjut dia, Pemerintah juga telah melakukan inisiasi beberapa program lain seperti perlindungan sosial (perlinsos), insentif pajak, Program Kartu Prakerja, Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP), hingga Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Senada, Deputi Bidang Ekonomi KKP/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, penguatan kelas menengah penting bagi Indonesia agar mampu keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle-income trap).
Baca Juga: Balada Kelas Menengah: Maju Kena, Mundur Kena, Tak Tahu Mengadu ke Mana
Pemerintah sendiri menetapkan target masyarakat kelas menengah mencapai 80 persen pada 2045. Peningkatan kelas ini diharapkan terealisasi secara bertahap dari tahun ke tahun.
"Jadi proporsi kelas menengah tahun 2045 juga diharapkan mencapai 80 persen. Karena kan kelas menengah ini menjadi bantalan dari perekonomian. Kalau supaya kokoh perekonomian maka kelas menengah harus tebal," ucapnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
Pilihan
-
Inikah Kata-kata yang Bikin Keponakan Prabowo Mundur dari DPR?
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
-
Pede Tingkat Dewa atau Cuma Sesumbar? Gaya Kepemimpinan Menkeu Baru Bikin Netizen Penasaran
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
Terkini
-
Morris Capital Mau Akuisisi Emiten PIPA, Ini Rencana Besarnya
-
Maniskan Kamis-mu dengan Promo DUNKIN' Spesial BCA!
-
Promo JSM Alfamart 12-14 September 2025, Hemat Belanja Bulanan
-
National Australia Bank Pangkas 410 Karyawan, Industri Perbankan Loyo?
-
Peruri Sebut Tata Kelola jadi Isu Penting, Demi Kedaulatan Rupiah dan Transformasi Digital
-
Tren Nasabah Simpan Uang di Safe Deposit Tinggi, Efek Demo Ricuh?
-
Cara Pani Genjot Kualitas SDM Lewat Investasi Jangka Panjang
-
Elon Musk Bakal Kehilangan Gelar Orang Terkaya di Dunia, Ini Penyebabnya
-
Emas Antam Pecah Rekor Lagi, Harganya Tembus Rp 2.095.000 per Gram
-
IHSG Mulai Perkasa, Bergerak Menguat di Awal Sesi Perdagangan Kamis