Dina Nurul Fitria, Anggota Dewan Energi Nasional, mengungkapkan bahwa Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) menargetkan kapasitas terpasang PLTP mencapai 7,2 GW pada tahun 2025.
Namun, hingga Juni 2024, kapasitas terpasang baru mencapai 2,4 GW. Dina menyoroti bahwa untuk mencapai target ini, diperlukan terobosan kebijakan seperti konsep Geothermal Exploration & Energy Conversion Agreement (GEECA).
Ia juga menyatakan pentingnya penguatan regulasi terkait Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan penyelarasan regulasi pemanfaatan panas bumi di wilayah konservasi.
“Penyesuaian tarif dan insentif fiskal akan membantu mendorong pengembangan panas bumi,” jelas Dina.
Pengalaman negara lain dapat menjadi pelajaran berharga. Filipina, misalnya, menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam pengembangan panas bumi dengan menerapkan kebijakan yang proaktif dan komprehensif.
Langkah-langkah seperti insentif fiskal, pengurangan pajak, dan penghapusan bea impor telah mendorong investasi dan pengembangan industri ini. Selain itu, pemerintah Filipina juga mempermudah akses data dan mengidentifikasi wilayah potensial untuk eksplorasi.
“Keberhasilan ini menunjukkan pentingnya komitmen pemerintah dalam mendukung energi baru terbarukan,” kata Komaidi.
Dalam konteks internasional, perkembangan energi panas bumi di negara-negara seperti Islandia, Selandia Baru, dan Kenya juga menunjukkan potensi yang besar. Negara-negara ini telah berhasil memanfaatkan hingga 95% dari total kapasitas terpasang energi terbarukan mereka.
Komaidi mencatat bahwa hal ini bisa dicapai karena adanya dukungan kebijakan yang kuat dan konsisten dari pemerintah.
Baca Juga: Kontribusi Sektor Geothermal ke PNBP Tahun 2023 Naik 34,8 Persen
“Pengalaman negara-negara tersebut menunjukkan bahwa kebijakan yang tepat dapat menjadi katalisator dalam pengembangan energi terbarukan,” tambahnya.
Di Indonesia, persepsi negatif masyarakat terhadap pengembangan panas bumi sering menjadi hambatan. Banyak yang menganggap panas bumi sebagai bentuk pertambangan yang merusak lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih baik dalam edukasi publik untuk mengubah persepsi ini.
Dina Nurul Fitria menekankan bahwa komunikasi yang efektif dan transparansi dalam proses pengembangan panas bumi sangat penting untuk mengatasi masalah ini.
“Kita harus menunjukkan bahwa panas bumi adalah solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” ujarnya.
Para narasumber menyimpulkan bahwa pengembangan energi panas bumi memerlukan komitmen bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Dukungan kebijakan yang kuat, insentif fiskal, serta edukasi publik akan menjadi kunci keberhasilan.
Eddy Soeparno menegaskan, “Untuk mencapai ketahanan energi dan keberlanjutan lingkungan, Indonesia harus mengambil langkah nyata dalam mempercepat pengembangan energi panas bumi.”
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Rupiah Dibuka Demam Lawan Dolar Pada Perdagangan Hari Ini, Sentuh Level Rp 16.591
-
IHSG Dibuka Menghijau, Tiga Saham Bank Ini Malah Berwarna Merah
-
PLTS Terapung di Waduk Saguling Mulai Dibangun, Bisa Suplai Listrik 50 Ribu Rumah
-
OPEC+ Ngotot Tambah Produksi 137 Ribu BPH, Pasar Panik!
-
Ekonom Sarankan Pemerintah Beri Diskon Tarif Listrik Lagi Demi Daya Beli
-
IHSG Dibuka Hijau, Investor Pantau Data Ekonomi Domestik Penting.
-
Awali Pekan Ini, Harga Emas Antam Melompat ke Rekor Tertinggi Jadi Rp 2.250.000 per Gram
-
Gubernur Bank Indonesia : 94 Persen Bank Syariah Main di Pasar Uang
-
Siap Sambut QRIS di Arab Saudi 2026, Fintech RI Mulai Sediakan Dompet Digital
-
Kemenperin Beberkan Dampak Kebijakan Kemasan Rokok Polos Terhadap Industri