Suara.com - Program hilirisasi yang dicanangkan dalam 10 tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo membuahkan hasil signifikan bagi perekonomian nasional.
Sejak diperkenalkan, kebijakan hilirisasi bertujuan untuk menambah nilai produk sumber daya alam (SDA) dengan memproses bahan mentah di dalam negeri sebelum diekspor.
Strategi ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru tetapi juga meningkatkan pendapatan negara dari sektor-sektor yang sebelumnya hanya menghasilkan bahan mentah, seperti mineral dan hasil tambang. Langkah hlirisasi Presiden Jokowi dengan menghentikan ekspor biji nikel juga diapresiasi oleh pengamat.
"Adanya penentangan dahsyat dari perusahaan tambang, utamanya dari Freeport yang disertai ancaman diadukan ke WTO, Pemerintahan Presiden SBY mengundur berlakunya larangan ekspor tersebut. Baru sekarang Presiden Jokowi berani melarang ekspor bijih nikel dan bauksit," kata Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi, dikutip dari Antara.
"Produk turunan itu akan memberikan nilai tambah lebih besar ketimbang ekspor bijih bauksit. Maka perlu 'maju tak gentar meningkatkan pendapatan negara'," lanjut dia.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, hilirisasi mineral telah berkontribusi besar pada peningkatan ekspor komoditas bernilai tambah, terutama di sektor nikel.
Pada 2022, misalnya, Indonesia berhasil meraup sekitar USD 33 miliar dari ekspor produk berbasis nikel, angka yang signifikan dibandingkan dengan ekspor bahan mentah di tahun-tahun sebelumnya.
Hilirisasi mineral menjadi langkah strategis yang tak hanya menambah nilai produk dalam negeri tetapi juga menarik investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) yang dibutuhkan untuk mendukung pengembangan teknologi dan infrastruktur pendukung.
Ke depannya, investasi dalam sektor hilirisasi ditargetkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih besar serta membangun industri yang berorientasi ekspor.
Baca Juga: Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
Melalui kebijakan hilirisasi ini, Presiden Jokowi telah berhasil memperkuat posisi Indonesia di pasar global, terutama dalam hal komoditas berbasis SDA. Kebijakan ini diharapkan terus berlanjut dan ditingkatkan dengan inovasi teknologi, sehingga ekonomi Indonesia tidak hanya berbasis ekspor SDA, tetapi juga menjadi industri bernilai tambah yang kompetitif.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas 50 Jutaan Muat 7-9 Orang, Nyaman Angkut Rombongan
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 7 Parfum Wangi Bayi untuk Orang Dewasa: Segar Tahan Lama, Mulai Rp35 Ribuan Saja
- 3 Pelatih Kelas Dunia yang Tolak Pinangan Timnas Indonesia
Pilihan
-
James Riady Tegaskan Tanah Jusuf Kalla Bukan Milik Lippo, Tapi..
-
6 Tablet Memori 128 GB Paling Murah, Pilihan Terbaik Pelajar dan Pekerja Multitasking
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!
-
Toyota Investasi Bioetanol Rp 2,5 T di Lampung, Bahlil: Semakin Banyak, Semakin Bagus!
-
Gagal Total di Timnas Indonesia, Kluivert Diincar Juara Liga Champions 4 Kali
Terkini
-
Petani Tak Perlu Resah, Tahun Depan Ada 100 Gudang Bulog Tampung Hasil Panen
-
Ketua Banggar DPR Minta Pemerintah Tak Gegabah Lakukan Redenominasi
-
QRIS Indonesia Siap Tembus Korea Selatan, Digunakan Tahun Depan!
-
Toyota Tsusho Siap Investasi Rp 1,6 Triliun untuk Olah Timah dan Tembaga di Indonesia
-
Cara Transaksi Saham Antar Akun RDN Sekuritas
-
Cara Daftar Antrean KJP Pasar Jaya November 2025 Lewat HP
-
6 Penyebab Pengajuan KTA Ditolak, Simak Caranya agar Pinjaman Disetujui
-
Profil Sulianto Indria Putra, Gen Z Punya Ratusan Miliar hingga Naik Jet Pribadi Berkat Kripto
-
Tips Mendapatkan Kredit Tanpa Agunan, Apa Saja Syaratnya?
-
Heboh Merger GrabGoTo, Begini Tanggapan Resmi Danantara dan Pemerintah!