Suara.com - Citibank Indonesia (Citi Indonesia) mencatat laba bersih sebesar Rp2,2 triliun pada kuartal III-2024. Angka ini meningkat 32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, menjelaskan bahwa laba bersih ini didorong oleh efisiensi biaya operasional, yang menghasilkan perbaikan pada rasio Cost to Income Ratio (CIR) menjadi 41,9 persen.
"Seiring dengan terus memprioritaskan transformasi dalam organisasi kami, efisiensi dari biaya operasional yang lebih rendah serta berbagai upaya lainnya telah menghasilkan peningkatan laba bersih sebesar 32 persen," ujar Batara dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Peningkatan laba bersih ini berkontribusi pada kenaikan Return on Asset (ROA) menjadi 4,1% dari sebelumnya 2,8% di tahun 2023, dan Return on Equity (ROE) meningkat menjadi 15,4% dari 12,7%.
Rasio Liquidity Coverage (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) Citi Indonesia tetap kuat, masing-masing di angka 291% dan 124%, di atas ketentuan minimum.
Citi Indonesia memiliki modal yang solid dengan Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sebesar 33,1 persen, meningkat dari 30,5 persen di tahun sebelumnya.
"Kami akan terus mendukung pertumbuhan keuangan klien dan ketahanan sektor perbankan di Indonesia melalui inisiatif strategis serta komitmen untuk menyediakan layanan dan solusi keuangan yang komprehensif," papar Batara.
Bisnis perbankan kami, yang mencakup Corporate and Investment Banking, Global Network Banking, dan Commercial Banking, terus mengalami pertumbuhan pendapatan yang baik meskipun dalam kondisi eksternal yang menantang.
Secara khusus, Global Network Banking mencapai pertumbuhan melalui berbagai inisiatif, termasuk kinerja koridor Asia-to-Asia yang mendukung kepentingan bisnis klien Asia kami yang berinvestasi di Indonesia. Pertumbuhan ini adalah bukti dari struktur bisnis yang kuat yang telah dibangun selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Kok Bisa Garuda Indonesia Diklaim Untung Hingga Oktober 2024, Begini Jawaban Bosnya
Citi terus memberikan layanan dan solusi kepada klien lokal, multinasional, lembaga keuangan, dan sektor publik.
"Bisnis Treasury and Trade Solutions (TTS) kami juga mencatat pertumbuhan positif pada kuartal ketiga tahun ini. Dana pihak ketiga terus tumbuh mendekati dua digit, dan volume pembayaran meningkat lebih dari dua kali lipat, dengan kontribusi terbesar berasal dari transaksi digital melalui pembayaran instan dan kartu korporasi," jelas Batara.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
-
Kiper Muda Rizki Nurfadilah Korban TPPO: Disiksa hingga Disuruh Nipu Orang China
-
10 Mobil Bekas Pilihan Terbaik buat Keluarga: Efisien, Irit dan Nyaman untuk Harian
-
Penyebab Cloudflare Down, Sebabkan Jutaan Website dan AI Lumpuh
-
Format dan Jadwal Babak Play Off Piala Dunia 2026: Adu Nasib Demi Tiket Tersisa
Terkini
-
Cara Melapor Jika BSU Gagal Cair ke Rekening
-
Wajib QR Code untuk Beli Pertalite, Ini Syarat dan Cara Daftar MyPertamina
-
Inovasi Digital BRI Peduli: Mesin RVM Sulap Sampah Plastik Jadi Saldo
-
Kronologi Indonesia Kehilangan Investor Semikonduktor Gegara Kebijakan 'Nyeleneh'
-
The Fed Bisa Bikin Rupiah Tembus Rp16.775 Hari Ini
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
-
Bolehkan Langsung Mengajukan Klaim JHT setelah Resign? Ini Syarat dan Ketentuannya
-
Harga Bitcoin Menuju US$ 80.000? Aksi Jual Spot Meningkat, Analis Ungkap Risiko
-
10 Ide Usaha Modal Rp5 Juta yang Menguntungkan, Bisa Cepat Balik Modal
-
Tunggu Keputusan BI-Rate, Rupiah Masih Keok Lawan Dolar Amerika