Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memberikan apresiasi atas kinerja positif Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024. Menurutnya, surplus sebesar 5,9 miliar dolar AS yang dicapai merupakan sinyal yang kuat atas terjaganya ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
“Capaian surplus ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia masih solid di tengah dinamika perekonomian global yang penuh tantangan,” ujar Airlangga dalam keterangan persnya, Sabtu (23/11/2024).
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa surplus NPI ini didorong oleh peningkatan surplus transaksi modal dan finansial. Hal ini mengindikasikan adanya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III 2024 mencatatkan surplus sebesar 5,9 miliar dolar AS, di mana sebelumnya mengalami defisit sebesar 0,6 miliar dolar AS pada kuartal II 2024.
“Torehan surplus tersebut dipicu oleh perbaikan sejumlah indikator, salah satunya penurunan defisit transaksi berjalan menjadi 2,2 miliar dolar AS (0,6 persen dari PDB), lebih baik dibandingkan defisit 3,2 miliar dolar AS (0,9 persen dari PDB) pada kuartal II 2024,” kata Airlangga.
Perkembangan positif tersebut dipengaruhi oleh perbaikan defisit Neraca Jasa dari sebelumnya 5,1 miliar dolar AS menjadi 4,2 miliar dolar AS, terutama disebabkan oleh peningkatan pendapatan dari jasa perjalanan dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia karena penyelenggaraan acara berskala internasional dan periode libur musim panas.
Selain dipengaruhi capaian Neraca Jasa, Airlangga menuturkan penurunan defisit transaksi berjalan juga didorong oleh perbaikan defisit Neraca Pendapatan Primer menjadi 8,9 miliar dolar AS atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 9,6 miliar dolar AS, yang disebabkan oleh penurunan pembayaran imbal hasil atas investasi langsung dan investasi portfolio sejalan dengan pola siklus bisnis.
Kinerja positif lainnya juga ditunjukkan oleh peningkatan surplus Neraca Pendapatan Sekunder menjadi 1,6 miliar dolar AS, atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 1,5 miliar dolar AS yang disebabkan oleh peningkatan penerimaan hibah Pemerintah dan transfer personal dalam bentuk remitansi dari Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa surplus Neraca Pembayaran juga dipicu oleh adanya peningkatan surplus Transaksi Modal dan Finansial menjadi 6,6 miliar dolar AS (1,8 persen dari PDB) dari sebelumnya hanya sebesar 3,0 miliar dolar AS (0,9 persen dari PDB) pada kuartal II 2024.
Baca Juga: Amerika Serikat dan Indonesia Optimis untuk Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dalam Pemerintahan Baru
"Perkembangan positif ini dipengaruhi oleh peningkatan surplus Investasi langsung menjadi 5,2 miliar dolar AS, didorong tingginya penyertaan modal asing dalam bentuk ekuitas, terutama di sektor industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan besar dan eceran," ujarnya.
Selain itu, peningkatan surplus Investasi Portfolio menjadi 9,6 miliar dolar AS, yang berasal dari pembelian instrumen jangka panjang yakni Surat Utang Negara (SUN) Rupiah dan Global Bond Pemerintah, serta instrumen jangka pendek yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga menjadi aspek yang mendorong perkembangan surplus Transaksi Modal dan Finansial.
Berita Terkait
-
Amerika Serikat dan Indonesia Optimis untuk Kembangkan Kerja Sama Ekonomi dalam Pemerintahan Baru
-
Ekonom Senior Ungkap Ancaman Krisis Era Orde Baru: Oil Boom Hingga Kontroversi Ibnu Sutowo
-
Wujudkan Implementasi Industri Semikonduktor, Menko Airlangga Saksikan Penandatanganan MoU dengan Purdue University
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas yang Anti-Rugi: Pemakaian Jangka Panjang Tetap Aman Sentosa
- 3 Mobil Bekas 60 Jutaan Kapasitas Penumpang di Atas Innova, Keluarga Pasti Suka!
- 5 Mobil Listrik 8 Seater Pesaing BYD M6, Kabin Lega Cocok untuk Keluarga
- Cek Fakta: Viral Ferdy Sambo Ditemukan Meninggal di Penjara, Benarkah?
- Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
Pilihan
-
Catatan Akhir Tahun: Emas Jadi Primadona 2025
-
Dasco Tegaskan Satgas DPR RI Akan Berkantor di Aceh untuk Percepat Pemulihan Pascabencana
-
6 Rekomendasi HP Murah Layar AMOLED Terbaik untuk Pengalaman Menonton yang Seru
-
Kaleidoskop Sumsel 2025: Menjemput Investasi Asing, Melawan Kepungan Asap dan Banjir
-
Mengungkap Gaji John Herdman dari PSSI, Setara Harga Rumah Pinggiran Tangsel?
Terkini
-
LPDB Koperasi Akselerasi Penyelesaian Dana Bergulir di Provinsi Bali
-
Dongkrak Produksi Minyak di Papua, SKK Migas dan Petrogas Mulai Injeksi Kimia di Lapangan Walio
-
Menperin Minta Insentif Otomotif ke Menkeu
-
Barcelona dan BRI Kolaborasi, Bayar Cicilan di BRImo Bisa Ketemu Lamine Yamal
-
IHSG Menutup 2025 di Level Tertinggi, OJK Buka Rahasia Pasar Modal RI yang Solid
-
Catatan Akhir Tahun, Aktivitas Industri Manufaktur RI Melambat
-
Cicilan HP ShopeePayLater vs Kredivo, Mana yang Lebih Murah
-
Pemerintah Tegaskan Impor Daging Sapi untuk Industri Bukan Kosumsi Masyarakat
-
Catatan Akhir Tahun: Waspada Efek 'Involusi' China dan Banjir Barang Murah di Pasar ASEAN
-
Pencabutan Insentif Mobil Listrik Perlu Kajian Matang di Tengah Gejolak Harga Minyak